Thursday, September 01, 2005

Apakah Anak Saya Asma?

From idai website

Banyak anak asma yang tak terdiagnosis penyakitnya sehingga ditangani
sebagai penyakit lain dan keluhannya tak kunjung reda. Mengapa ? Dalam hal
kesehatan dan penyakit, banyak di antara kita menilai anak seperti orang
dewasa. Inilah pangkal masalahnya. Anak bukan orang dewasa dalam ukuran
kecil, jadi berbeda dengan orang dewasa. Banyak aspek kesehatan dan penyakit
yang berbeda pada anak dibanding orang dewasa.

Untuk penyakit sama, gejalanya yang menonjol bisa berbeda antara pasien
anak dan dewasa. Sebaliknya, gejala yang sama, misalnya batuk, bisa mengarah
ke penyakit yang berbeda anatara anak dan dewasa. Karena itu, orang tua
perlu memahami gejala pada anak yang patut dipikirkan kemungkinan ke arah
asma.

Asma pada anak tidak selalu memberi gejala sesak dan napas berbunyi
(mengi) seperti orang dewasa. Sering kali gejala yang menonjol hanya batuk,
tapi bukan sembarang batuk. Lalu, batuk seperti apa yang patut diduga asma?
Batuk yang "bandel".

Pengertian "bandel" mencakup beberapa keadaan yang mirip, yaitu batuk
berlangsung lama (dua minggu lebih), sulit sembuh, timbul berulang dalam
jangka pendek, atau membaik sebentar namun timbul lagi. Biasanya pasien
dengan batuk bandel sudah berkeliling berobat ke banyak dokter umum maupun
spesialis.

Pada orang dewasa, jika ditemukan gejala batuk yang bandel, dugaan
penyakit penyebab pertama adalah tuberkulosis (tb). Dugaan ini sering
diterapkan pada anak juga.

Pemeriksaannya berupa foto rontgen dengan penafsiran sangat subyektif.
Kemudian, bisa diduga ada "flek" dalam parunya sehingga diterapi tb. Jika
ternyata asma, maka usia pengobatan tb, batuknya akan tetap ada.

Perlu mengubah paradigma pemikiran jika menemui anak dengan batuk yang
bandel. Pertama, pikirkan kemungkinan ke arah asma, bukan Tb. Tb. pada anak
bisa memberi gejala batuk, namun bukan utama. Hal yang mendukung ke arah
asma diantaranya :

Batuk timbul jika terpajan dengan faktor pencetus yang banyak sekali
bentuk dan macamnya. Ada yang dari lingkungan rumah, berupa debu, asap
rokok, kapuk, atau bulu binatang. Faktor lain yang biasanya teramati orang
tua berbentuk makanan, misalnya permen, cokelat, makanan ringan mengandung
vetsin, gorengan, es, atau kacang. Pencetus lainnya adalah flu, aktivitas
fisik berlebihan hingga lelah, atau perubahan cuaca.

Batuk asma pada anak memberikan ciri lain yang lebih berat pada malam
atau dini hari. Terkadang, perbedaan intensitas batuk pada siang dan malam
hari, demikian ekstrem. Siang, tanpa batuk sama sekali, lalu malam justru
hebat sampai anak tidak bisa tidur. Tentu orang tua ikut terganggu tidurnya.
Akibatnya anak mengantuk di sekolah, dan orang tuanya mengantuk saat
bekerja.

Sebagian besar asma didasari faktor alergi. Jadi, asma merupakan satu
bentuk penyakit alergi. Dalam riwayat keluarga, biasanya ditemui asma, serta
bentuk lain penyakit alergi, seperti eksim, pilek alergi, atau alergi obat
maupun makanan. Kalau perlu, ditelusuri riwayat keluarga besar sampai buyut,
kakek, paman, sepupu, dan seterusnya.

Hal yang diturunkan adalah bakat alerginya, namun manifestasinya bisa
berbeda. Warisan bakat ini pun bisa lompat generasi. Misalnya, kakek
mengidap alergi obat, anaknya mungkin tak memiliki manifestasi alergi, baru
pada cucunya timbul penyakit tersebut.

Hal lain yang memperkuat diagnosis asma ialah respons yang baik dengan
obat asma. Sering karena tidak terdiagnosis asma, pasien dengan batuk bandel
diberikan obat penekan batuk, tapi bentuknya malah kian menjadi. Pasien asma
memang tidak boleh diberikan obat tadi. Pasien akan mereda batuknya jika
diberikan obat asma.

Untuk mengonfirmasi diagnosis asma, perlu dilakukan pemeriksaan khusus
berupa uji fungsi paru. Untuk melaksanakannya, pasien perlu melakukan jurus
yang cukup kompleks. Biasanya, anak berusia dibawah tujuh tahun belum mampu
melakukannya sehingga pemerikssaan ini terbatas digunakan pada anak kecil.

Apabila ditemukan anak dengan batuk yang bandel disertai beragam fakta
yang menunjang seperti di atas, anak dapat didiagnosis sebagai asma. Jika
diagnosisnya tepat, tinggal masalah manajemennya

No comments: