DEMAM DENGUE
Manifestasi klinis infeksi Demam Dengue ditandai oleh gejala-gejala klinik berupa demam, nyeri pada seluruh tubuh, ruam dan perdarahan. Demam yang terjadi pada infeksi virus dengue ini timbulnya mendadak, tinggi (dapat mencapai 39-40 derajat celcius) dan dapat disertai dengan menggigil. Begitu mendadaknya, sering kali dalam pengalaman sehari-hari kita mendengar cerita seorang ibu bahwa pada saat melepas putranya berangkat sekolah dalam keadaan sehat walafiat, akan tetapi pada saat pulang putranya sudah mengeluh panas dan ternyata panasnya mendadak tinggi. Pada saat anak mulai panas ini biasanya sudah tidak mau bermain, minta gendong terus atau hanya rebahan di tempat tidur. Demam ini hanya berlangsung sekitar 5 hari. Biasanya demam turun pada hari ke III. Kadang-kadang dikenal istilah demam biphasik, yaitu demam yang berlangsung selama beberapa hari itu sempat turun ditengahnya menjadi normal kemudian naik lagi dan baru turun lagi saat penderita sembuh (gambaran kurva panas sebagai punggung unta).
Pada hari ke VI biasanya demam mulai turun. Sering kali dalam bentuk turun mendadak (lysis), dan disertai dengan berkeringat banyak, dimana anak tampak agak loyo dan lemahGejala panas pada penderita infeksi virus dengue maka akan segera disusul dengan timbulnya keluhan nyeri pada seluruh tubuh. Pada umumnya yang dikeluhkan adalah nyeri otot, nyeri sendi, nyeri punggung dan nyeri pada bola mata yang semakin meningkat apabila digerakkan. Karena adanya gejala nyeri ini sehingga di kalangan masyarakat awam ada istilah flu tulang. Dengan sembuhnya penderita gejala-gejala nyeri pada seluruh tubuh ini juga akan hilang.
Ruam yang terjadi pada infeksi virus dengue ini dapat timbul pada saat awal panas yang berupa "flushing" yaitu berupa kemerahan pada daerah muka, leher, dan dada. Ruam juga dapat timbul pada hari ke IV sakit berupa bercak-bercak merah kecil seperti bercak pada penyakit campak. Kadang-kadang ruam tersebut hanya timbul pada daerah tangan atau kaki saja sehingga memberi bentuk spesifik seperti kaos tangan dan kaki. Yang terakhir ini biasanya timbul setelah panas turun atau setelah hari ke V.
Pada infeksi virus dengue apalagi pada bentuk klinis demam berdarah dengue selalu disertai dengan tanda perdarahan. Hanya saja tanda perdarahan ini tidak selalu didapat secara spontan oleh penderita, bahkan pada sebagian besar penderita tanda perdarahan ini muncul setelah dilakukan test tourniquet. Bentuk-bentuk perdarahan spontan yang dapat terjadi pada penderita demam dengue dapat berupa perdarahan kecil-kecil di kulit (petechiae), perdarahan agak besar di kulit (echimosis), perdarahan gusi, perdarahan hidung dan kadang-kadang dapat terjadi perdarahan yang masif yang dapat berakhir dengan kematian. Berkaitan dengan tanda perdarahan ini, pada anak-anak tertentu diketahui oleh orang tuanya bahwa apabila anaknya menderita panas selalu disertai dengan perdarahan hidung (epistaksis). Dalam istilah medis dikenal sebagai habitual epistaksis, sebagai akibat kelainan yang bersifat sementara dari gangguan berbagai infeksi (tidak hanya oleh virus dengue). Pada keadaan lain ada penderita anak yang apabila mengalami sakit panas kemudian minum obat-obat panas tertentu akan disusul dengan terjadinya perdarahan hidung atau perdarahan labung (muntah darah). Untuk penderita dengan kondisi seperti ini pemberian obat-obat panas jenis tertentu seperti golongan acetosal dan sejenisnya sebaiknya dihindari.
DEMAM BERDARAH DENGUE
Secara umum 4 gejala yang terjadi pada demam dengue sebagai manifestasi gejala klinis dari bentuk reaksi 1 dan 2 tubuh manusia atas keberadaan virus dengue juga didapatkan pada demam berdarah dengue. Yang membedakan demam berdarah dengue dengan demam dengue adalah adanya manifestasi gejala klinis sebagai akibat adanya bentuk reaksi 3 tubuh manusia terhadap virus dengue, yaitu berupa keluarnya plasma (cairan) darah dari dalam pembuluh darah keluar dan masuk kedalam rongga perut dan rongga selaput paru. Fenomena ini apabila tidak segera ditanggulangi dapat mempengaruhi manifestasi gejala perdarahan menjadi sangat masif. Yang dalam praktek kedokteran sering kali membuat seorang dokter terpaksa memberikan tranfusi darah dalam jumlah yang tidak terbayangkan.
Bagi masyarakat awam yang paling penting adalah dapat mengetahui atau mendeteksi kapan seorang penderita demam berdarah dengue mulai mengalami keluarnya plasma (cairan) darah dari dalam pembuluh darah. Keluarnya plasma darah ini apabila ada biasanya terjadi pada hari sakit ke III sampai dengan ke VI. Biasanya didahului oleh penurunan panas badan penderita, yang sering kali terjadi secara memdadak (lysis) dan diikuti oleh keadaan anak yang tampak loyo, dan pada perabaan akan didapatkan ujung-ujung tangan/kaki dingin serta nadi yang kecil dan cepat. Banyak kasus ditemui kondisi demikian tampak suhu tubuh penderita dirasakan normal mengira kalau putranya sembuh dari sakit. Kondisi tersebut mengakibatkan orang tua tidak segera membawa putranya ke fasilitas kesehatan terdekat. Pada keadaan ini penderita sudah dalam keadaan terlambat sehingga kurang optimal untuk diselamatkan dari penyakitnya.
MANIFESTASI KLINIS YANG HARUS DIWASPADAI
Seringkali terjadi anak dikatakan tidak mengalami DBD ketika panas hari I dan ke II. Fase ini sebenarnya masih masuk periode yang aman, sehingga gejala klinis dan laboratorium tidak ditemukan kelainan. Fase kritis atau periode berbahaya biasanya terjadi pada hari ke III hingga ke V. Periode inilah yang harus diwaspadai, dan harus segera dilakukan pemeriksaan oleh dokter. Beberapa gejala yang diwaspadai seorang anak penderita DBD bila panas yang timbulnya mendadak, langsung tinggi dan disertai dengan anak tampak lemas, loyo dan tidak mau bermain. Panas yang disertai flushing atau kemerahan pada muka, leher dan dada. Gejala lain yang sering timbul di akhir periode penyakit adalah panas yang disertai tanda-tanda perdarahan kulit, hidung dan gusi. Tanda bahaya lainnya bila panas yang berangsur dingin, tapi anak tampak loyo, lemah dan pada perabaan dirasakan ujung-ujung tangan atau kaki dingin.
Pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis DBD adalah pemeriksaan laboratorium. Gambaran khas hasil laboratorium DBD adalah terjadi peningkatan peningkatan hematokrit (meningkat 20%, sekitar >40% atau nilai Hematokrit lebih 3 kali nilai Hemoglobin) disertai penurunan trombosit kurang dari 100.000/uL. Perubahan tersebut biasanya terjadi pada hari ke III hingga ke V panas. Sehingga sering dokter menolak memeriksa darah pada hari pertama atau kedua panas, karena biasanya hasilnya masih dalam keadaan normal. Dalam perjalanannya trombosit akan terus menurun pada hari ke III, ke IV dan hari Ke V. Pada hari ke VI dan selanjutnya jumlah trombosit akan meningkat terus kembali ke nilai normal. Peningkatan jumlah trombosit setelah hari ke VI inilah mungkin yang sering dianggap karena pengaruh pemberian jambu biji. Biasanya setelah hari ke VI jumlah trombosit di atas 50.000, bila panas badan sudah turun dan tidak disertai komplikasi penderita diperbolehkan pulang.
Pemeriksaan lain yang sering dilakukan adalah pemeriksaan Imunoglobulin G (Ig G) dan imunoglobulin M (IgM). Meskipun tidak secara spesifik, pemeriksaan ini sering membantu menunjang diagnosis DBD. IgG dan IgM antidengue inipun bisa terdeteksi setelah hari ke III panas.
Seperti infeksi virus lainnya, infeksi virus DBD kadangkala dijumpai juga peningkatan hasil Widal. Pemeriksaan Widal adalah identifikasi antibodi tubuh terhadap penyakit demam tiphoid (tifus). Kejadian seperti inilah yang menimbulkan kerancuan diagnosis DBD. Sehingga banyak penderita penyakit virus atau DBD sering awalnya didiagnosis dokter sebagai penyakit tifus. Penyakit demam tiphoid pada minggu awal panas biasanya malah tidak terdeteksi pemeriksaan Widal tersebut. Sebaiknya pemeriksaan Widal dilakukan menjelang akhir minggu pertama panas atau awal minggu ke dua panas.
Secara medis sebenarnya tidak ada pengobatan secara khusus pada penderita DBD. Penyakit ini adalah self limiting disease atau penyakit yang dapat sembuh sendiri. Prinsip pengobatan secara umum adalah pemberian cairan berupa elektrolit (khususnya Natrium) dan Glukosa. Sehingga pemberian minum yang mengandung elektrolit dan glukosa seperti air buah atau minuman lain yang manis dapat membantu mengatasi kekurangan cairan pada penderita DBD.
Dr Widodo Judarwanto SpA
Rumah Sakit Bunda
Jl teuku Cikditiro 28 jakarta Pusat
Friday, August 19, 2005
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment