dari http://wrm-indonesia.org/ Oleh: Mimin | |
| |
Wednesday, 21 December 2005 Shaqi dan Waila, dua balita yang sedang asyik mengerubuti boks mainan. Awalnya Shaqi asyik bermain kereta-keretaan, dan Waila sedang membolak balik bukunya. Lama-kelamaan Waila bosan juga. Brukk! Buku bersarang di bawah kursi. Ia ternyata mulai tertarik pada mainan Shaqi. Dengan cepat Waila merebutnya, diiringi dengan teriakan dan tangisan Shaqi. Ibu Waila bergegas menghampiri. “Waila! Kembalikan mainan Shaqi!” Tazkiya (1,5 tahun) sedang bermain atas karpet, Ayahnya duduk di atas sofa sambil membaca buku. Sesekali ia berjalan ke sana ke mari. Kaki kecil itu berlari lagi ke meja telepon. Digenggamnya gunting. Menangani anak-anak usia 1-10 tahun memang sama sekali tidak mudah. Biasanya orang tua, khususnya Ibu, yang memiliki anak sesusia itu dibuat pusing tujuh keliling menghadapi anaknya yang “nggak ada matinya”. Banyak hal yang dilakukan anak-anak usia itu, bahkan terkadang tidak kita duga-duga. Bisa jadi apa yang dilakukan anak tidak baik, tidak sopan, atau bahkan berbahaya. Penjelasan yang diberikan orang tua seringkali juga tidak dapat dimengerti anak. Sehingga akhirnya orang tua terpaksa memberikan hukuman untuk mengajarkan apa-apa yang seharusnya dilakukan. Menerapkan disiplin pada anak adalah sebuah dilema bagi kebanyakan orang tua. Banyak juga yang tidak mengerti apa sebaiknya yang harus dilakukan orang tua saat menghadapi tingkah laku anak yang tidak terkontrol. Apakah hukuman cukup efektif bagi anak-anak, atau malah menimbulkan trauma? Yang pasti tidak mungkin kan, kita membiarkan anak melakukan hal-hal yang buruk? Menurut Dr. Sears, disiplin bukanlah masalah bagaimana orang tua mengarahkan tingkah laku anak, tetapi bagaimana seorang anak termotivasi untuk bersikap baik. Kontrol diri harus muncul dari anak tersebut, bukan dari orang tua. Jawabannya bukan pada teknik-teknik mengontrol anak Anda, tetapi dalam hubungan anak dan orang tua, yaitu kasih sayang. Ada beberapa gaya disiplin yang biasa diterapkan pada anak: 1. Gaya Otoriter 2. Pendekatan Komunikasi. 3. Pendekatan Modifikasi Tingkah Laku. 4. Pendekatan Kasih Sayang Tiga teknik disiplin di atas dapat dilakukan di atas dasar teknik keempat, yakni pendekatan kasih sayang. Jika ketiga teknik tersebut diterapkan tanpa kasih sayang, yang terjadi adalah disiplin yang sifatnya temporer, sementara, dan rapuh. Tiga macam disiplin itu pun sifatnya kondisional, artinya harus melihat situasi dan kondisi, dan tidak dapat diterapkan secara tunggal. Karena sifatnya sementara tadi, tidak akan muncul kontrol diri yang baik pada anak, padahal dari situlah disiplin bermula. Ketika dewasa nanti pun, anak-anak yang memiliki kontrol diri yang baik akan dapat mendisiplinkan dirinya terhadap apa-apa yang seharusnya ia lakukan dan tidak ia lakukan. Hubungan sosialnya juga lebih terbuka karena ia akan lebih mudah membuka dirinya utnuk mempercayai orang lain. Jadi, ketika anak Anda menangis jangan pernah berpikir panjang, apakah saya harus memeluknya atau mendiamkannya hingga diam sendiri, atau malah berpikir bahwa anak Anda bermaksud mengelabui. Peluk dia, cari tahu dan penuhi kebutuhannya. Dengan demikian, Anda memberikan kasih sayang dan mengajarkan rasa percaya kepada orang lain. [BungaTazkiya] |
Monday, December 26, 2005
Disiplin untuk Anak
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment