Friday, July 22, 2005

Kawasaki disease

From www.medicastore.com

NAMA : Sindroma Kawasaki
DEFINISI :
Sindroma Kawasaki (Sindroma Kelenjar Getah Bening Mukokutaneus, Poliarteritis Infantil) adalah suatu penyakit non-spesifik, tanpa agen infeksius tertentu, yang menyerang selaput lendir, kelenjar getah bening, lapisan pembuluh darah dan jantung.

PENYEBAB
Penyebabnya tidak diketahui.Sindroma Kawasaki pertama kali ditemukan di Jepang pada akhir tahun 1960. Penyakit ini menyerang anak berumur 2 bulan sampai 5 tahun dan 2 kali lebih sering ditemukan pada anak laki-laki.

GEJALA
Gejalanya berupa:
- Demam yang turun-naik, tetapi biasanya diatas 39?Celsius, sifatnya menetap(lebih dari 5 hari) dan tidak memberikan respon terhadap asetaminofen maupun ibuprofen dalam dosis normal
- Rewel, tampak mengantuk
- Kadang timbul nyeri kram perut
- Ruam kulit di batang tubuh dan di sekeliling daerah yang tertutup popok
- Ruam pada selaput lendir (misalnya lapisan mulut dan vagina)
- Tenggorokan tampak merah
- Bibir merah, kering dan pecah-pecah
- Lidah tampak merah (strawberry-red tongue)
- Kedua mata menjadi merah, tanpa disertai keluarnya kotoran
- Telapak tangan dan telapak kaki tampak merah, tangan dan kaki membengkak

- Kulit pada jari tangan dan jari kaki mengelupas (pada hari ke 10-20)
- Pembengkakan kelenjar getah bening leher
- Nyeri persendian (atralgia) dan pembengkakan, seringkali simetris (pada sisi tubuh kiri dan kanan).

KOMPLIKASI
- Sekitar 5-20% penderita mengalami komplikasi jantung, yang biasanya timbul pada minggu ke 2-4:
- Peradangan arteri koroner (arteri yang membawa darah ke jantung)
- Aneurisma (pelebaran bagian dari arteri koroner)
- Perikarditis (peradangan kantung jantung)
- Miokarditis akut (peradangan otot jantung)
- Gagal jantung
- Kematian otot jantung (infark miokardium).
Komplikasi lainnya:
- Ruam yang tidak biasa uveitis anterior)
- Nyeri atau peradangan sendi (terutama sendi-sendi yang kecil)
- Peradangan non-infeksius pada selaput otak (meningitis aseptik)
- Peradangan kandung empedu
- Diare.

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan jika terjadi demam selama lebih dari 5 hari dan ditemukan 4 dari 5 gambaran berikut:
- Ruam kulit
- Alat gerak (lengan dan tungkai ) merah dan membengkak
- Mata merah
- Perubahan pada bibir dan mulut
- Pembengkakan kelenjar getah bening.
Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
- EKG dan ekokardiografi, bisa menunjukkan tanda-tanda dari miokarditis,perikarditis, artritis, meningitis aseptik atau vaskulitis koroner
- Hitung darah lengkap (menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih dan anemia (berkurangnya jumlah sel darah merah); pemeriksaan darah berikutnya menunjukkan peningkatan jumlah trombosit
- Rontgen dada
- Analisa air kemih (bisa menunjukkan adanya nanah atau protein dalam air kemih).

PENGOBATAN
Pengobatan dini secara berarti dapat mengurangi resiko terjadinya kerusakan pada arteri koroner dan mempercepat pemulihan demam, ruam dan rasa tidak nyaman. Selama 1-4 hari diberikan immunoglobulin dosis tinggi melalui infus dan aspirin dosis tinggi melalui mulut. Setelah demam turun, biasanya aspirin dalam dosis yang lebih rendah diberikan selama beberapa bulan untuk mengurangi resiko kerusakan arteri koroner dan pembentukan bekuan darah. Dilakukan beberapa kali pemeriksaan EKG untuk mendeteksi adanya komplikasi jantung. Aneurisma yang besar diobati dengan aspirin dan obat anti pembekuan (misalnya warfarin). Aneurisma yang kecil cukup diatasi
dengan aspirin. Jika anak menderita influenza atau cacar air, untuk mengurangi resiko terjadinya sindroma Reye, sebaiknya untuk sementara waktu diberikan dipiridamol, bukan aspirin.

PROGNOSIS
Jika tidak terjadi komplikasi jantung, biasanya akan terjadi pemulihan sempurna. Sekitar 1-2% penderita meninggal, biasanya akibat komplikasi jantung; 50% diantaranya meninggal pada bulan pertama, 75% meninggal pada bulan kedua, 95% meninggal pada bulan keenam. Tetapi kematian bisa terjadi 10 tahun kemudian dan kadang secara tiba-tiba.
Aneurisma yang kecil cenderung menghilang dalam waktu 1 tahun, tetapi arteri koroner tetap lemah sehingga beberapa tahun kemudian timbul kelainan jantung.

Thursday, July 21, 2005

Flu Burung

From www.vision.net.id

    Flu burung atau avian influenza disebabkan oleh virus influenza tipe A jenis H5N1. H5N1 memiliki dua sifat yang mudah berubah: antigenic shift dan antigenic drift. H5N1 bisa bercampur dengan virus influenza yang biasa diidap manusia. Penularan terjadi karena kontak langsung dengan unggas atau kotoran unggas yang terinfeksi flu burung.

  • Bagaimana penularan virus flu burung pada manusia?

  • Flu burung bisa menular pada manusia bila manusia bersinggungan langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung. Unggas yang terinfeksi dapat pula mengeluarkan virus ini melalui tinja, yang kemudian mengering dan hancur menjadi semacam bubuk. Bubuk inilah yang dihirup oleh manusia atau binatang lainnya. Menurut WHO, flu burung mudah menular dari unggas ke manusia dibanding dari manusia ke manusia. Satu-satunya cara virus flu burung dapat menyebar dengan mudah dari manusia ke manusia jika virus flu burung tersebut bermutasi dan bercampur dengan virus flu manusia.

  • Gejala-gejala flu burung pada manusia

  • Manusia yang tertular virus flu burung diketahui dengan gejala-gejala umumnya orang terkena flu biasa seperti pilek, demam dengan suhu badan tidak stabil, batuk, nyeri otot, sakit tenggorokan dan sesak napas. Apabila keadaan memburuk bisa menimbulkan penyakit saluran pernapasan akut sampai mengancam jiwa seseorang.

  • Usaha pencegahan
    Sejauh mungkin hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang diidentifikasi terinfeksi flu burung. Para pekerja di peternakan, penjual, pengemudi yang membawa produk unggas adalah profesi yang paling rentan terkena virus ini, karena itu disarankan mencuci tangan dan mandi sehabis bekerja, meninggalkan pakaian kerja di tempat kerja dan membersihkan kotoran unggas setiap hari.

Wednesday, July 20, 2005

Bila Anak Keracunan

Sumber Ayah Bunda

Keracunan makanan yang tidak segera ditangani, bisa berakibat fatal. Apa yang perlu diperhatikan?


Ketika anak keracunan makanan, jangan panik. Kalau Anda panik, kondisi anak malah bisa memburuk. Agar tidak salah bertindak, teliti dulu kondisi si kecil. Simak beberapa hal berikut yang sering jadi pertanyaan orang tua:

Apa saja gejalanya?
• Kram perut
• Demam
• Muntah-muntah
• Sering buang air besar yang bercampur darah, nanah, atau lendir.
• Merasa lemas dan menggigil.
• Kehilangan nafsu makan.

Catatan: Muntah-muntah dan buang air besar bisa jadi masalah serius pada bayi atau balita, karena bisa menyebabkan dehidrasi.

Berapa lama gejala akan timbul?

Gejala keracunan makanan dapat terlihat sekitar 4-24 jam setelah si kecil terkontaminasi makanan yang beracun. Gejala ini bisa berlangsung sekitar 3-4 hari. Tapi bisa jadi lebih lama lagi, jika anak yang keracunan tak sengaja masih mengonsumsi makanan yang terkontaminasi.

Catatan: Gejala akan lebih cepat terlihat pada anak kecil, karena tubuhnya lebih rentan. Misalnya, hanya 2 jam setelah ia mengonsumsi makanan yang terkontaminasi!

Tindakan pertama yang harus dilakukan

• Jika ia muntah-muntah dan sering buang air besar, periksa suhu tubuhnya. Siapa tahu ia juga demam.
• Periksa juga tinjanya. Apakah ada lendir atau darah?
• Baringkan si kecil dan jangan beri makanan yang harus dikunyah dulu. Sebagai gantinya, berikan oralit sedikit demi sedikit. Jika Anda tidak punya oralit, beri saja air yang dicampur dengan garam dan gula.
• Coba telusuri lagi apa yang menyebabkan anak keracunan.

Yang perlu jadi catatan penting

• Jika si kecil menolak minum cairan apa pun, coba berikan melon untuk dihisap-hisap. Atau, berikan saja buah tersebut dalam bentuk es mambo. Dengan begitu, tubuhnya tidak akan kekurangan cairan.
• Pada waktu pemulihan, berikan makanan yang mudah dicerna; seperti sup, yogurt atau jelly .
Catatan: Efek diare akibat keracunan ini biasanya berlangsung sekitar seminggu.

Kapan ke dokter?

• Jika ia muntah dan diare terus, sementara asupan cairan tidak bisa maksimal.
• Jika ia masih bisa dan mau minum, tetapi kondisinya tidak membaik dalam jangka waktu 12 jam. Ia masih saja diare dan demam.

Catatan: Jika dokter Anda tidak bisa segera menanganinya, cepat bawa si kecil ke UGD (Unit Gawat Darurat) rumah sakit terdekat. Bisa jadi, ia perlu diinfus.

Mungkinkah dicegah?

• Biasakan anak memperhatikan kebersihan tangan , sebab keracunan makanan sangat menular. Ia juga harus selalu mencuci bersih tangannya sehabis buang air besar.
• Jika Anda yang mengurus ‘kotoran' si kecil , Anda juga harus selalu mencuci tangan sampai bersih sehabis membersihkan tinjanya atau mengganti popoknya.
• Simpan makanan matang ke dalam kulkas . Kalaupun mau dihangatkan, pastikan panasnya merata. Karena, Salmonella (yang jadi ‘biang keladi' keracunan makanan) biasanya ‘senang' dan tumbuh subur di makanan yang hangat. Tapi, bakteri ini akan mati pada temperatur yang tinggi.
• Masaklah makanan sampai benar-benar matang. Artinya, matangnya harus merata ke dalam bahan makanan.

Adakah kiatnya seputar memilih makanan?

• Ketika membeli makanan dalam kemasan , perhatikan kaleng atau tutupnya. Apakah masih mulus ataukah sudah terbuka? Apakah kalengnya agak menggelembung atau tidak? Jangan sekali-kali memilih makanan yang kemasannya cacat atau kalengnya menggelembung. Bisa jadi, makanan tersebut sudah terkontaminasi bakteri.
• Belilah daging dan makanan hasil laut di tempat yang dapat dipertanggungjawabkan kebersihannya.
• Jangan biarkan si kecil makan daging mentah. Daging yang sama sekali tidak diolah merupakan sasaran empuk bakteri penyebab keracunan makanan.
• Jangan berikan madu pada bayi di bawah usia 1 tahun. Dikhawatirkan, madu mengandung bakteri Clostridium botullinum yang dapat menyebabkan si kecil keracunan.

Ini juga Perlu Diperhatikan! Ketika anak mengalami keracunan makanan:

• Letakkan baskom atau ember di dekat si kecil untuk wadah muntahannya.
• Jika anak demam, kompres dahi atau ketiaknya dengan handuk basah.
• Berikan air matang untuk kumur-kumur, serta air minum hangat untuk membersihkan bekas muntah dari mulutnya.
• Periksa kembali apa yang dimakan oleh si kecil selama 24 jam sebelum gejala keracunan ini muncul. Buang saja makanan, seperti daging, ikan, hasil olahan susu maupun makanan matang lainnya, yang diperkirakan jadi ‘biang keladi' keracunan.

Kamus Istilah

• Dehidrasi: Kekurangan cairan tubuh.
• Kontaminasi: tercemar

Wednesday, July 06, 2005

Efek Imunisasi

Imunisasi memang penting untuk membangun pertahanan tubuh bayi. Tetapi, orangtua masa kini seharusnya lebih kritis terhadap efek samping imunisasi yang mungkin menimpa Si Kecil.

Pertahanan tubuh bayi dan balita belum sempurna. Itulah sebabnya pemberian imunisasi, baik wajib maupun lanjutan, dianggap penting bagi mereka untuk membangun pertahanan tubuh. Dengan imunisasi, diharapkan anak terhindar dari berbagai penyakit yang membahayakan jiwanya.

Di lain pihak, pemberian imunisasi kadang menimbukan efek samping. Demam tinggi pasca-imunisasi DPT, misalnya, kerap membuat orangtua was-was. Padahal, efek samping ini sebenarnya pertanda baik, karena membuktikan vaksin yang dimasukkan ke dalam tubuh tengah bekerja. Namun, kita pun tidak boleh menutup mata terhadap fakta adakalanya efek imunisasi ini bisa sangat berat, bahkan berujung kematian. Realita ini, menurut Departemen Kesehatan RI disebut "Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi"(KIPI). Menurut Komite Nasional Pengkajian dan Penanggulangan (KN PP) KIPI, KIPI adalah semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam masa satu bulan setelah imunisasi.

Tidak Ada yang Bebas Efek Samping

Menurut Komite KIPI, sebenarnya tidak ada satu pun jenis vaksin imunisasi yang aman tanpa efek samping. Oleh karena itu, setelah seorang bayi diimunisasi, ia harus diobservasi terlebih dahulu setidaknya 15 menit, sampai dipastikan tidak terjadi adanya KIPI (reaksi cepat).

Selain itu, menurut Prof. DR. Dr. Sri Rejeki Hadinegoro SpA.(K), untuk menghindari adanya kerancuan antara penyakit akibat imunisasi dengan yang bukan, maka gejala klinis yang dianggap sebagai KIPI dibatasi dalam jangka waktu tertentu. "Gejala klinis KIPI dapat timbul secara cepat maupun lambat. Dilihat dari gejalanya pun, dapat dibagi menjadi gejala lokal, sistemik, reaksi susunan saraf pusat, serta reaksi lainnya," terang Ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ini.

Pada umumnya, semakin cepat KIPI terjadi, semakin cepat gejalanya. Pada keadaan tertentu lama pengamatan KIPI dapat mencapai masa 42 hari (pasca-vaksinasi rubella), bahkan 42 hari (pasca-vaksinasi campak dan polio). Reaksi juga bisa diakibatkan reaksi simpang (adverse events) terhadap obat atau vaksin, atau kejadian lain yang bukan akibat efek langsung vaksin, misalnya alergi. "Pengamatan juga ditujukan untuk efek samping yang timbul akibat kesalahan teknik pembuatan, pengadaan, distribusi serta penyimpanan vaksin. Kesalahan prosedur dan teknik pelaksanaan imunisasi, atau semata-mata kejadian yang timbul kebetulan," demikian Sri.

Penelitian Vaccine Safety Committee, Institute of Medicine (IOM), AS, melaporkan, sebagian besar KIPI terjadi karena faktor kebetulan. "Kejadian yang memang akibat imunisasi tersering adalah akibat kesalahan prosedur dan teknik pelaksanaan atau pragmatic errors)," tukas dokter yang berpraktek di RSUPN Cipto Mangunkusumo ini.

Stephanie Cave MD, ahli medis yang menulis "Yang Orangtua Harus Tahu tentang Vaksinasi Pada Anak" menyebutkan, peluang terjadinya efek samping vaksin pada bayi dan anak-anak adalah karena mereka dijadikan target imunisasi massal oleh pemerintah, pabrik vaksin, maupun dokter. Padahal, imunisasi massal yang memiliki sikap "satu ukuran untuk semua orang" ini sangat berbahaya. Karena, "Setiap anak adalah pribadi tersendiri, dengan bangun genetika, lingkungan sosial, riwayat kesehatan, keluarga dan pribadi yang unik, yang bisa berefek terhadap cara mereka bereaksi terhadap suatu vaksin," demikian Cave.

Beberapa Kejadian Pasca-Imunisasi

Secara garis besar, tidak semua KIPI disebabkan oleh imunisasi. Sebagian besar ternyata tidak ada hubungannya dengan imunisasi. Untuk lebih jelasnya, berikut ini beberapa faktor KIPI yang bisa terjadi pasca-imunisasi:

1. Reaksi suntikan

Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusukan jarum suntik, baik langsung maupun tidak langsung harus dicatat sebagai reaksi KIPI. Reaksi suntikan langsung misalnya rasa sakit, bengkak dan kemerahan pada tempat suntikan. Sedangkan reaksi suntikan tidak langsung misalnya rasa takut, pusing, mual, sampai sinkope atau pingsan.


2. Reaksi vaksin

Gejala KIPI yang disebabkan masuknya vaksin ke dalam tubuh umumnya sudah diprediksi terlebih dahulu karena umumnya "ringan". Misal, demam pasca-imunisasi DPT yang dapat diantisipasi dengan obat penurun panas. Meski demikian, bisa juga reaksi induksi vaksin berakibat parah karena adanya reaksi simpang di dalam tubuh (misal, keracunan), yang mungkin menyebabkan masalah persarafan, kesulitan memusatkan perhatian, nasalah perilaku seperti autisme, hingga resiko kematian.


3. Faktor kebetulan

Seperti disebut di atas, ada juga kejadian yang timbul secara kebetulan setelah bayi diimunisasi. Petunjuk "faktor kebetulan" ditandai dengan ditemukannya kejadian sama di saat bersamaan pada kelompok populasi setempat, dengan karakterisitik serupa tetapi tidak mendapatkan imunisasi.


4. Penyebab tidak diketahui

Bila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat dikelompokkan ke dalam salah satu penyebab, maka untuk sementara dimasukkan ke kelompok "penyebab tidak diketahui" sambil menunggu informasi lebih lanjut. Biasanya, dengan kelengkapan informasi akan dapat ditentukan kelompok penyebab KIPI.

'Imunisasi itu Aman' Ilmu Pengetahuan atau Fiksi?

Keraguan tentang aman-tidaknya imunisasi bukan sesuatu yang mengada-ada. Saat ini sudah ada puluhan ribu kejadian buruk akibat imunisasi yang dilaporkan, dan puluhan ribu lainnya yang tidak dilaporkan. Pada anak-anak, imunisasi (dan antibiotik) bertanggung jawab untuk sebagian besar reaksi negatif dibanding obat-obat resep lainnya. Jadi realitanya, tidak ada obat yang aman untuk setiap anak. Dan, beberapa obat lebih berbahaya daripada beberapa obat lainnya.

Keamanan imunisasi seharusnya berlandaskan pada ilmu pengetahuan yang baik, bukan hipotesa, pendapat, keyakinan perorangan, atau pengamatan. Namun faktanya, hingga kini banyak yang tidak diketahui para ilmuwan tentang cara kerja imunisasi di dalam tubuh pada tingkat sel dan molekul. Tes yang memadai untuk imunisasi juga tidak ada. Yang juga kurang, adalah pengertian tentang efek jangka panjang dari imunisasi massal bagi bayi dan anak-anak. Yang diketahui adalah, sejak akhir tahun 1950-an, ketika imunisasi massal mulai diwajibkan di Amerika Serikat, telah terjadi peningkatan kasus kelainan sistem imun dan persarafan, termasuk kesulitan memusatkan perhatian, asma, autisme, diabetes anak-anak, sindroma keletihan menahun, kesulitan belajar, rematoid artritis, multipel sklerosis, dan masalah kesehatan yang menahun lainnya.

Di Amerika Serikat dan tempat-tempat lain di dunia, adanya peningkatan besar jumlah masalah medis yang terkait dengan imunisasi yang dilaporkan orangtua dan profesional kedokteran, telah mencetuskan suatu gerakan yang menuntut dilakukannya lebih banyak kajian yang lebih baik tentang potensi efek buruk jangka panjang atau menahun dari imunisasi. (BOD/What Your Doctor May Not Tell You About Children's Vaccination)
Sumber: Tabloid Ibu & Anak

Kosakata anak

Berapa Banyak Kosakata Anak?

------------------------------------------------------------------------
Bayi baru lahir Menangis, mengenal suara ibu
1-4 bulan Tersenyum, cemberut, mengeluarkan bunyi (oooh...)
5-7 bulan Menghasilkan suku kata tunggal (ba, da), memahami 'mama', 'papa'
7-8 bulan Ngoceh (bababa, dadada)
8-12 bulan Menjerit, berteriak, menggabung dua suku kata menjadi
kata-kata tak bermakna, memakai gestur untuk mengungkapkan kata
11-14 bulan Mengucapkan kata pertama, memahami sekurangnya 50 kata
18-24 bulan Punya 50-200 kosakata, menggunakan 50-75 kata
2-3 tahun Punya 900 kosakata, menggunakan 300 kata
4 tahun Menggunakan 800 kata
5 tahun Punya 2.000 kosakata
------------------------------------------------------------------------

Tips Memperkaya Kosa Kata Balita

Bicaralah dengan anak secara konstan. Balita belajar bahasa dan meningkatkan kosakata dari mendengar orang di sekitarnya berbicara

Selain bercakap-cakap normal, gunakan cara-cara kreatif dan menyenangkan untuk meningkatkan kosakata anak (dengan musik, cerita, nyanyian, vcd, poster, dsb)

Bacalah buku cerita dengan keras dan tunjuk kata-kata yang baru kepada anak

Tunjukkan dan katakan. Kemanapun kita pergi, koleksilah sesuatu dan bawa pulang. Tunjukkan pada anak dan katakan apa namanya

Kenalkan kosa kata baru sebanyak mungkin yang kita bisa. Tapi, hindari kata-kata yang mirip karena membuat anak bingung

Gunakan variasi kata untuk menjelaskan sesuatu. Tak hanya 'betul' tapi juga 'benar'. Saat ke supermarket, tak hanya tunjukkan apel, tapi juga jeruk, pir, anggur, salak.

Imunisasi Lengkap

Ada beberapa penyakit yang belum ditemukan obatnya. Salah satunya adalah hepatitis dan polio. Untuk menghindarinya, maka jalan satu-satunya adalah dengan vaksinasi atau imunisasi. Untuk itulah, maka imunisasi bermanfaat untuk membentengi balita dari penyakit berbahaya.

Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu. Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah suatu penyakit. Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi. Antibodi ini berfungsi melindungi terhadap penyakit. Vaksin tidak hanya menjaga agar anak tetap sehat, tetapi juga membantu membasmi penyakit yang serius yang timbul pada masa kanak-kanak.

Imunisasi seharusnya diberikan pada anak beberapa hari setelah ia lahir. Imunisasi atau vaksin dasar yang wajib diberikan adalah BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis B. Waktu pemberiannya pun sudah ditetapkan, secara bertahap. Misalnya, BCG diberikan pada anak usia 2 bulan, DPT Polio, usia 2, 3, 4 bulan dan sebagainya.

Beberapa vaksin ini pemberiannya juga berulang. Misalnya, DPT Polio diberikan pada usia 2 bulan, kemudian diulang pada usia 3, 4 dan seterusnya. Namun ada juga vaksin yang cukup diberikan satu kali misalnya vaksin BCG. Pemberian vaksin tersebut bertujuan untuk memberikan kekebalan tubuh agar tidak mudah terinfeksi berbagai penyakit.

Rentan Infeksi

Mengapa anak perlu diberi vaksin? Menurut Prof.dr.Sri Rezeki Hadinegoro, dari Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), bayi rentan terhadap infeksi. Terjadinya infeksi dipengaruhi oleh beberapa hal seperti faktor gizi, lingkungan, usia dan jenis kelamin. "Semakin muda usia seseorang, makin tinggi pula risiko terkena penyakit yang disebabkan oleh infeksi seperti polio, tifus meningitis, pneumonia dan sejenisnya," ungkapnya.

"Asupan gizi yang rendah juga memicu menurunnya imunitas atau kekebalan tubuh yang membuat infeksi lebih mudah menyerang," tambahnya. Dokter yang juga ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ini juga mengatakan bahwa, terjadinya infeksi diawali oleh masuknya mikroorganisme seperti virus, bakteri, parasit dan jamur ke dalam tubuh manusia. Reaksi akibat masuknya virus bisa beragam seperti sakit atau bahkan meninggal.

"Kalau orang yang kemasukan virus bisa selamat, maka setelah sembuh, dalam tubuhnya akan terbentuk antibodi terhadap virus yang masuk tadi, sehingga tidak akan terkena infeksi penyakit serupa," katanya. Itulah sebabnya, maka untuk membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh, dilakukan imuniasi. Melalui imunisasi, tubuh dibantu oleh vaksin untuk melawan berbagai penyakit seperti, TBC, Cacar, Polio, Campak, Dipteri, Hepatitis dan lain sebagainya.

Aman Tapi Terlupakan

Lebih lanjut, dokter yang lulus spesialis anak pada tahun 1983 di Universitas Indonesia ini mengatakan, bahwa vaksin secara umum cukup aman. Keuntungan perlindungan yang diberikan vaksin jauh lebih besar daripada efek samping yang mungkin timbul. Efek sampingnya pun lama kelamaan bisa diminimalkan berkat kemajuan teknologi.

Menurut Sri Redjeki, demam yang ditimbulkan oleh suntikan vaksin saat ini tidak lagi separah dulu. Memang ada bakteri yang sudah dilumpuhkan yang memicu terjadinya demam, tapi kini berkat rekayasa genetika sifat gen bakteri pemicu demam sudah mampu dihilangkan.

Dengan adanya vaksin maka banyak penyakit masa kanak-kanak yang serius, sekarang ini sudah jarang ditemukan. Namun sayangnya, menurut cacatat Sri Redjeki umumnya ibu di Indonesia cenderung menganggap anaknya sudah cukup mendapat vaksin kalau sudah melewati usia satu tahun. padahal dalam usia satu tahun itu, ada beberapa vaksin yang lupa diberikan. Apalagi jika pada usia satu tahun itu anak mendapat adik lagi. "Maka vaksin tambahan kerap terlupakan," ujarnya menyayangkan.

Padahal menurutnya, kalau pun terlambat, vaksin masih perlu tetap diberikan. "Lebih baik vaksin diberikan terlambat daripada tidak sama sekali," ujarnya.

Macam-Macam Vaksin Wajib Dan Waktu Pemberian

BCG
I. 2 bulan

DPT/DT
I. 3 bulan
II. 4 bulan
III. 5 bulan
IV. 1 tahun 6 bulan
V. 5 tahun
VI. 10 tahun

Polio
I. 3 bulan
II. 4 bulan
III. 5 bulan
IV. 1 tahun 6 bulan
V. 5 tahun

Campak
I. 9 bulan atau lebih

Measles
II. 5-7 tahun

Sumber: Catatan kesehatan anak Klinik Arthasari, Cibubur


Vaksin Yang Dianjurkan

MMR
I. 1 tahun 3 bulan
II. 4-6 tahun

TIP A
I. Sesuai keadaan
II. Sesuai keadaan

Typhoid & parathypoid
III. Sesuai keadaan

Hepatitis B
I. Waktu lahir atau lebih
II. Sesuai keadaan I
III. Sesuai keadaan II
IV. Sesuai keadaan III

Sumber: catatat kesehatan anak Klinik Arthasari, Cibubur

Macam-Macam Vaksin Dan Fungsinya

Imunisasi BCG

Vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis (TBC). Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette-Guerrin hidup yang dilemahkan. BCG diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan.

Imunisasi DPT

Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap difteri, pertusis dan tetanus. Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal. Pertusis (batuk rejan) adalah inteksi bakteri pada saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang melengking.

Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan batuk sehingga anak sulit bernafas, makan atau minum. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia, kejang dan kerusakan otak. Sementara Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang.

Vaksin DPT diberikan dengan cara disuntikkan pada otot lengan atau paha.Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada saat anak berumur 2 bulan (DPT I), 3 bulan (DPT II) dan 4 bulan (DPT III); selang waktu tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi DPT ulang diberikan 1 tahun setelah DPT III dan pada usia prasekolah (5-6 tahun).Jika anak mengalami reaksi alergi terhadap vaksin pertusis, maka sebaiknya diberikan DT, bukan DPT.

Imunisasi Polio

Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomielitis. Polio bisa menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu maupun kedua lengan/tungkai. Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot pernafasan dan otot untuk menelan, dapat juga menyebabkan kematian.

Imunisasi dasar polio diberikan pada anak umuur 0-4 bulan sebanyak 4 kali, (polio I,II, III, dan IV) dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio IV, kemudian pada saat masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun).

Imunisasi Campak

Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak (tampek). Imunisasi campak diberikan sebanyak 2 kali. Pertama, pada saat anak berumur 9 bulan atau lebih, Campak 2 diberikan pada umur 5-7 tahun. Pada kejadian luar biasa dapat diberikan pada umur 6 bulan dan diulangi 6 bulan kemudian. Vaksin disuntikkan secara langsung di bawah kulit (subkutan).

Campak 1 diperlukan untuk menimbulkan respon kekebalan primer, sedangkan Campak 2 diperlukan untuk meningkatkan kekuatan antibodi sampai pada tingkat yang tertingi. Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare.

Imunisasi Hepatitis B (HBV)

Hepatitis B adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan kematian. Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B. Imunisasi ini diberikan sebanyak 4 kali. Antara suntikan HBV1 dengan HBV2 diberikan dengan selang waktu 1 bulan pada saat anak berumur di bawah 4 bulan. Kepada bayi yang lahir dari ibu dengan Hepatitis, vaksin HBV disuntikan dalam waktu 12 jam setelah lahir. Sedangkan pada bayi yang lahir dari ibu yang status Hepatitisnya tidak diketahui, HBV I diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir

HBV3 diberikan pada usia antara 6-18 bulan. Imunisasi HBV 4 diberikan saat anak berusia 10 tahun. Dosis pertama diberikan segera setelah bayi lahir atau jika ibunya memiliki Hepatitis B. Imunisasi juga bisa diberikan pada saat bayi berumur 2 bulan. Pemberian imunisasi kepada anak yang sakit berat sebaiknya ditunda sampai anak benar-benar pulih.

Imunisasi MMR

Vaksin MMR adalah vaksin 3-in-1 yang melindungi anak terhadap campak, gondongan dan campak Jerman. Campak menyebabkan demam, ruam kulit, batuk, hidung meler dan mata berair. Campak juga menyebabkan infeksi telinga dan pneumonia. Campak juga bisa menyebabkan masalah yang lebih serius, seperti pembengkakan otak dan bahkan kematian.

Gondongan menyebabkan demam, sakit kepala dan pembengkakan pada salah satu maupun kedua kelenjar liur utama yang disertai nyeri. Gondongan bisa menyebabkan meningitis (infeksi pada selaput otak dan korda spinalis) dan pembengkakan otak. Kadang gondongan juga menyebabkan pembengkakan pada buah zakar sehingga terjadi kemandulan. Sedangkan Campak Jerman (rubella) menyebabkan demam ringan, ruam kulit dan pembengkakan kelenjar getah bening leher, pembengkakan otak atau gangguan perdarahan.

Suntikan diberikan sebanyak 2 kali, suntikan pertama diberikan pada saat anak berumur 12-18 bulan. Suntikan pertama mungkin tidak memberikan kekebalan seumur hidup yang adekuat, karenanya suntikan kedua bisa diberikan pada saat anak berumur 4-6 tahun atau pada saat anak berumur 11-13 tahun.

Imunisasi Hepatitis A

Hepatitis A adalah masuknya virus Hepatitis A ke dalam tubuh, terutama menyerang hati, sehingga bisa menimbulkan gejala-gejala hepatitis. Virus Hepatitis A sangat mudah menular dan menyebabkan 20% - 40% dari semua infeksi hepatitis. Waktu pemberian dimulai umur 2 tahun. Satu kali suntikan pertama, dan 6 bulan berikutnya suntikan penguat (booster) dapat memberikan perlindungan sekurang-kurangnya 10 tahun.

Imunisasi Varisella (Cacar Air)

Cacar air disebabkan oleh virus varicella-zoster merupakan penyakit sangat menular. Infeksi akibat cacar air ringan dan tidak berakibat fatal, tetapi pada sejumlah kasus, penyakit bisa sangat serius sehingga penderitanya dirawat dan diantaranya meninggal.
Imunisasi varisella berfungsi memberikan perlindungan terhadapa cacar air. Suntikan diberikan pada anak yang berumur 10-12 tahun dan belum pernah menderita cacar air. Suntikan varisella sebelum berumur 13 tahun hanya memerlukan 1 dosis vaksin.

Kepada anak-anak yang berumur 13 tahun atau lebih, yang belum pernah mendapatkan vaksinasi varisella dan belum pernah menderita cacar air, sebaiknya diberikan 2 dosis vaksin dengan selang waktu 4-8 minggu.

Vaksinasi Typhoid

Demam Typhoid adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonela thypi. Dari lambung manusia, kuman ini kemudian menyebar ke seluruh organ tubuh lainnya. Penderita infeksi bakteri typhoid akan mengalami gejala awal berupa demam, badan mengiggil, sakit kepala, nyerit otot, anoreksia, mual, muntah diare dan aneka gangguan perut lainnya.

Komplikasi demam typhoid dapat menyebabkan penyakit serius dan kematian. Pemberian vaksinasi atau merupakan cara efektif untuk mencegah derita demam typhoid. Vaksin typhoid dapat diberikan pada anak usia 2 tahun. Satu kali suntikan menjamin perlindungan terhadap Salmonella paratyphi A dan B, dan melindungi penyakit ini sekurang-kurangnya 3 tahun.
Sumber: Tabloid Ibu & Anak

Tuesday, July 05, 2005

Bicara dengan bayi

1. Memperkenalkan Nama Benda

Perkenalkan segala sesuatu di sekitar kita kepada bayi. Ini bisa dimulai dengan yang sederhana, seperti wajah kita. Yuk, ajak tangan bayi menjelajahi wajah kita. Sambil menyentuh setiap bagiannya, sebutkan mana mata, hidung, mulut, telinga, dan lain-lain. Lalu, lanjutkan dengan anggota tubuh. Lebih jauh lagi, perkenalkan bayi pada nama-nama benda di sekitarnya; bola, meja, kursi, kotak. Perkenalkan pula si kecil pada pohon, mobil, kucing, anjing, dan aneka obyek di luar rumah.

2. Menjadi Pendengar
Meski bayi belum mampu mengungkapkan keinginan atau gagasan lewat kata-kata yang jelas, sebaiknya mulailah ''mendengarkan'' setiap ia ''mengungkapkan'' sesuatu. Jadilah pendengar aktif. Usahakan mengira-ngira apa yang ingin bayi ungkapkan. Lalu, berikan respon. Misal, ''Oh, bagus sekali!'' atau ''Apa betul?'' Ajak pula bayi berdialog, meski ia hanya akan merespon dengan gumaman, gerakan, senyum atau bahasa tubuh lainnya.

3. Memperkenalkan Konsep
Segala sesuatu di sekitar bayi merupakan hal baru baginya. Nah, kewajiban kitalah mengenalkannya kepada bayi melalui berbagai konsep, eperti konsep panas-dingin, naik-turun, masuk-keluar, kosong-penuh, berdiri-duduk, basah-kering serta besar-kecil. Pengenalan konsep dasar ini bisa dilakukan sesederhana mungkin. Dan, bisa didapat dari peristiwa sehari-hari di sekitar bayi. Misal, saat menggantikan popok, kita bisa memberitahukan padanya, ''Popokmu basah kena pipis. Nah, sekarang Mama ganti dengan popok yang kering.''

4. Menjelaskan Sebab-Akibat
Konsep sebab-akibat juga perlu diperkenalkan, mengingat bayi sedang giat mempelajari segala sesuatu. Kita bisa mulai dengan menjelaskan berbagai fungsi dan sebab-akibat bekerjanya benda di rumah. Misal, tombol lampu. ''Kalau tombol ini Mama tekan ke atas, lampu akan menyala dan ruangan jadi terang. Tetapi kalau ditekan ke bawah, lampu padam dan ruangan jadi elap.''
Tentu saja tak cuma benda mati. Sebab-akibat pada perasaan orang juga bisa diperkenalkan. Contoh, ''Mama sedih kalau kamu nggak mau makan''. Ini akan mengasah kepekaan bayi.

5. Memperkenalkan Warna
Warna-warni bisa ditunjukkan sambil memperkenalkan benda dan segala sesuatu di sekitar bayi. Misal, ''Itu balon, Nak. Warnanya merah, seperti bajumu.''

6. Mengulangi Kata-Kata
Agar bayi mampu mengingat lebih tajam segala sesuatu yang diperkenalkan padanya, sebaiknya kata-kata yang diperkenalkan selalu diulang-ulang. Misal, ''Pintar, makannya sudah habis. Haaabiiis.''

7. Memperkenalkan Kata yang Benar
Hindari penggunaan kata-kata yang dipermudah atau dicadel-cadelkan, seperti ''mamam'' untuk makan, ''mimik'' untuk minum, atau lainnya. Gunakan kata-kata yang benar. Karena, ini membantu bayi memahami konsep dengan benar.

8. Perkenalkan Kata Ganti
Walau bayi belum bisa menggunakan kata ganti, tak ada salahnya mulai memperkenalkannya. Beritahu pula konsep kepemilikan. Misal, ''Ini kue untuk Adek, untuk kamu,'' atau ''Ini punya Mama, punya saya''.

9. Memacu Respons
Banyak cara memancing bayi agar merespons atau menjawab pertanyaan kita. Misal, memberi berbagai pilihan dan meminta bayi memilih salah satu, ''Mau pakai baju merah atau kuning?'' Atau, bisa juga meminta bayi menunjukkan atau mengambil benda yang kita tanyakan, ''Coba, yang mana boneka Laa Laa?''

10. Hindari Pemaksaan
Jika bayi cuma menjawab dengan ekspresi atau bahasa tubuh, bantulah dengan memberi pilihan. Misal, ''Ari mau pilih bola atau boneka?'' Kalau kata-katanya tetap tak keluar, komentari pilihannya, ''Oh, Ari pilih bola, ya?'' Hindari pemaksaan bila bayi tetap tak mau bicara. Bersabar dan teruslah berlatih.

11. Menyederhanakan
Arahan yang rumit bisa membingungkan bayi. Jadi, sampaikanlah arahan verbal satu per satu. Misal, ''Tolong ambilkan bola.'' Tunggu sampai bayi melakukannya, baru lanjutkan, ''Nah, sekarang berikan pada Mama.'' Beri pujian bila ''tugas'' itu dilakukan dengan baik, agar bayi tahu bahwa yang dilakukannya benar.

12. Hati-hati Memperbaiki
Kekeliruan berbahasa karena keterbatasan artikulasi bayi bisa mulai diperbaiki secara hati-hati. Ungkapan ''..bil!'' untuk ''mobil'', dapat langsung diperbaiki lewat jawaban ''Pintar, itu mobil''. Tak perlu mengulang-ulang kesalahan ucapan bayi. Sebetulnya ia sudah mengetahui ucapan yang seharusnya keluar.

13. Membaca Bersama
Perkenalkan bayi pada buku bacaan bergambar yang memiliki kalimat berirama dan sederhana seperti pantun. Ajaklah ia bersama-sama mengucapkan dan menunjukkan gambar-gambarnya. Misal ''Gajah bermain bola.'' Mintalah bayi menunjukkan mana gajah dan mana bola. Lakukanlah ini sesering mungkin. Lama-lama bayi akan akrab dengan kata-kata di buku tersebut dan tertarik untuk belajar lebih banyak lagi.

14. Mengenalkan Angka
Ini bukan pelajaran berhitung, melainkan sekedar mengenal angka satu dan lainnya sambil bermain. Misal, ''Adik boleh ambil satu kue. Saa-tuu...'' (sambil memperlihatkan jari kita menunjukkan ''satu''). Atau,
''Ambil mainan, yang baaa-nyaak.'' Menghafal angka juga sudah bisa dilakukan. Sambil naik tangga atau memasukkan mainan ke dalam boks, kita membilang, ''Satu, dua, tiga...''

15. Menyanyi
Menyanyi adalah cara mudah ''merekamkan'' beragam kosakata di benak bayi. Kelak, begitu mendengar potongan melodi dan irama lagu tersebut, rekaman itu akan keluar dengan sendirinya dari mulut bayi.

(sumber: klinikpria.com

Monday, July 04, 2005

Syair Lagu

Ambilkan Bulan
ambilkan bulan, bu
ambilkan bulan, bu
yang slalu bersinar di langit

di langit bulan benderang
cah'yanya sampai ke bintang

ambilkan bulan, bu
untuk menerangi
tidurku yang lelap di malam gelap

Anak Gembala
aku adalah anak gembala
selalu riang serta gembira
karena aku senang bekerja
tak pernah malas ataupun lengah

tra-la-la-la-la-la
tra-la-la-la-la-la
tra-la-la-la-la-la
tra-la-la-la-la-la

setiap hari kubawa ternak
ke padang rumput di kaki bukit
rumputnya subur dan juga banyak
ternakku makan tak pernah sedikit

Becak
saya mau tamasya, berkeliling-keliling kota
hendak melihat-lihat keramaian yang ada
saya panggilkan becak, kereta tak berkuda
becak, becak, coba bawa saya

saya duduk sendiri dengan mengangkat kaki
melihat dengan aksi, kekanan dan kekiri
lihat becakku lari, bagai tak kan berhenti
becak, becak, jalan hati-hati

Bunda Piara
bila kuingat lelah
ayah bunda
bunda piara piara akan daku
sehingga aku besarlah

waktuku kecil hidupku
amatlah senang
senang dipangku dipangku dipeluknya
serta dicium dicium dimanjakan
namanya kesayangan

Burung Kutilang
di pucuk pohon cempaka
burung kutilang bernyanyi
bersiul-siul sepanjang hari
dengan tak jemu-jemu
mengangguk-angguk sambil berseru
tri-li-li li-li li-li li-li

sambil berlompat-lompatan
paruhnya selalu terbuka
digeleng-gelengkan kepalanya
menentang langit biru
tandanya suka dia berseru
tri-li-li li-li li-li li-li

Dua mata saya
dua mata saya
hidung saya satu
satu mulut saya
tidak berhenti makan

dua tangan saya
yang kiri dan kanan
dua kaki saya
pakai sepatu baru

Kupu kupu
kupu kupu yang lucu
kemana engkau terbang
hilir mudik mencari
bunga bunga yang kembang

berayun-ayun
pada tangkai yang rendah
tidakkah sayapmu
merasa lelah

kupu kupu yang elok
bolehkah aku tengok
sambil bersenda gurau
bolehkah kuturut

Naik Delman
pada hari minggu ku turut ayah ke kota
naik delman istimewa ku duduk di muka
di samping pak kusir yang sedang bekerja
mengendali kuda supaya baik jalannya

tuk-tik-tak-tik-tuk tik-tak-tik-tuk tik-tak-tik-tuk
tuk-tik-tak-tik-tuk tik-tak suara s'patu kuda

Twinkle twinkle little star
Twinkle, twinkle, little star,
How I wonder what you are.
Up above the world so high,
Like a diamond in the sky.