Friday, August 26, 2005

Colic

COLIC
(MEMPELAJARI BAGAIMANA MENANGANI BAYI MENANGIS)

Bagaimana tingkah-laku bayi yang menderita colic?

Bayi akan menangis lebih dari bayi lainnya. Ketika menangis, bayi mungkin
akan menarik-narik tangan dan kaki ke arah badan dan kelihatan seperti
kesakitan. Kadang-kadang mereka menegangkan tangan dan kakinya dan kaku,
kemudian berhenti lagi. Kulitnya bahkan bisa memerah karena menangis. Bayi
dengan colic, akan menangis ketika terjadinya serangan atau menangis setiap
waktu. Ketika mengangis bayi mungkin akan menelan udara yang bisa membuat
perut kembung dan menegang.

Apa penyebab colic?

Tidak ada satu orangpun yang tahu penyebab colic tersebut. Tapi perlu
diketahui bahwa colic tidak disebabkan ole kesalahan orang tua dalam merawat
bayi. Ini mungkin disebabkan ole nyeri pada lambung. Bayi dengan colic perlu
mendapat perhatian lebih, dan lebih sensitif dibanding dengan bayi yang
lain.

Kapan colic akan berakhir?

Colic biasanya mulai timbul antara minggu ke 2 sampai ke 6 setelah kelahiran
bayi. Ini biasanya akan hilang dengan sendirinya setelah bayi berumur 6
bulan.

HAL-HAL YANG PERLU DIINGAT TENTANG COLIC

Orang tua tidak menyebabkan colic, oleh karena itu jangan merasa bersalah.
Colic akan hilang dengan sendirinya setelah bayi berumur 6 bulan.
Anda dapat mencoba berbagai cara untuk menenangkan bayi.
Memberi ekstra perhatian pada bayi, tidak berarti memanjakannya.
Apabila bayi terkana colic, tidak berarti bayi tidak sehat atau sakit.

Apa yang dapat saya lakukan supaya bayi berhenti menangis?

Bayi yang menderita colic, akan berhenti menangis sebagai respon dari
perubahan kebiasaan apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Ini termasuk
perubahan ketika anda memberi makan pada bayi dan perubahan ketika
menggendongnya. Anda dapat mencoba membuat daftar apa yang bisa menyebabkan
bayi berhenti menangis dan anda bisa mencobanya dilain waktu.

Perubahan apa dalam pola pemberian makanan yang dapat membantu bayi berhenti
menangis?
Coba beberapa cara dibawah ini, ketika anda menyuap bayi untuk melihat jika
membantu menghentikan colic:
1.Coba memberi makan bayi jika lebih dari 2 jam telah lewat sejak makan
terakhir.
2.Jika anda memberi makan bayi jenis formula, dokter mungkin akan
menganjurkan untuk mencoba formula yang lainnya. Kadang- kadang perubahan
ke hydrolyzed protein formula dapat menghentikan colic atau minimal
mengurangi rasa sakit.
3.Panaskan formula sesuai dengan suhu tubuh sebelum diberikan ke bayi.
4.Coba gunakan dot dengan lubang yang lebih kecil pada botol, jika satu
botol dihabiskan bayi kurang dari 20 menit dan bayi kelihatan suka mengedot.
5.Coba memberi makan bayi sesering mungkin, tapi dalam waktu yang sebentar.
6.Sendawakan bayi setelah menyusui.

TIPS UNTUK MENENANGKAN BAYI

Beri botol yang berisi air panas pada perut bayi (air jangan terlalu
panas).
Ayun bayi di kursi goyang atau menggunakan ayunan bayi.
Letakkan bayi ditempat yang berangin.
Mandikan bayi dengan air hangat.
Berikan dot untuk bayi.
Telungkupkan bayi kalau tidur.
Usap perut bayi dengan lembut.
Gunakan selimut yang lembut untuk mengusapnya.
Letakkan bayi pada kereta dorong dan ajak jalan-jalan.
Bawa bayi berjalan-jalan dengan menggunakan mobil.

Bagaimana saya memegang atau menggendong bayi?

Kadang-kadang bayi dengan colic akan merespon perbedaan cara dari
menggendong atau mengayun:
Gendong bayi secara tertelungkup ditanngan dan pijit punggungnya.
Letakkan atau pegang bayi diatas mesin pencuci piring, mesin cuci atau
pengering yang sedang bekerja (Jangan tinggalkan bayi sendiri).
Gendong bayi dengan posisi tegak.
Gendong bayi sambil berjalan.

Apa yang dapat saya lakukan bila saya frustasi terhadap bayi saya?
Colic sangat berat untuk ditangani oleh orang tua. Bayi yang tidak mau
berhenti menangis dapat membuat orang tua menjadi frustrasi. Bila suatu saat
anda merasa lelah dan frustrasi, mintalah bantuan orang lain untuk menjaga
bayimu untuk sementara Jika anda tidak menemukan orang untuk menolong coba
pergi keruangan lain dan menonton TV atau mendengar radio. Menangis tidak
akan menyakitkan bayi. Sekali-sekali menjauhlah dari bayi supaya anda tidak
frustrasi.

Postingan Lain menghadapi Colic dari member balita-anda:
Ambil 2 biji bawang merah yang isinya tunggal, kemudian di tumbuk (jangan
terlalu halus)
campur minyak telon kemudian balurkan ke perut, dada, dan seluruh tubuh bagian
belakang
lebih bagus sambil dipijat. Untuk teknik memijatnya bisa baca dibuku "Pijat
Bayi" yang dikeluarkan
oleh Jhonson and Jhanson. Alhamdulillah anak saya selalu sembuh.
Biasanya kholik terjadi setelah pulang dari berpergian, untuk mencegahnya ambil
1 bawang merah tunggal
tumbuk (jagan sampai halus), kemudian tempelkan ditiga titik perut bayi : bagian
bawah puser, kiri dan kanannya.
Saya dahulu sering membawa bayi saya yg saat itu berumur 3 - 8 bulan berpergian
dengan transportasi
kereta api, kadang pulangnya malam hari, tapi alhamdulillah dengan teknik diatas
kholik bisa saya atasi.
Ciri bayi terkena kholik adalah tagisannya sangat kencang dan melengking, tidak
seperti tangisan
biasanya ( bila minta Asi atau minta ganti popok). selain itu jika dipukul
perutnya dengan jari bunyinya khas
(saya tidak bisa contohkan disini)

Tuesday, August 23, 2005

Song of the day :: Celine's time

Miracle By Celine Dion

you're my life's one miracle
everything I've done that's good
and you break my heart with tenderness
and I confess it's true
I never knew a love like this 'til you

you're the reason I was born
now I finally know for sure
and I'm overwhelmed with happiness
so blessed to hold you close
the one that I love most
though the future has so much for you in store
who could ever love you more?

the nearest thing to heaven
you're my angel from above
only God creates such perfect love
when you smile at me, I cry
and to save your life I'd die
with a romance that is pure in heart
you are my dearest part
whatever it requires
I live for your desires
forget my own, your needs will come before
who could ever love you more?

there is nothing you could ever do
to make me stop loving you
and every breath I take
is always for your sake
you sleep inside my dreams and know for sure
who could ever love you more?

Friday, August 19, 2005

Demam Berdarah

DEMAM DENGUE

Manifestasi klinis infeksi Demam Dengue ditandai oleh gejala-gejala klinik berupa demam, nyeri pada seluruh tubuh, ruam dan perdarahan. Demam yang terjadi pada infeksi virus dengue ini timbulnya mendadak, tinggi (dapat mencapai 39-40 derajat celcius) dan dapat disertai dengan menggigil. Begitu mendadaknya, sering kali dalam pengalaman sehari-hari kita mendengar cerita seorang ibu bahwa pada saat melepas putranya berangkat sekolah dalam keadaan sehat walafiat, akan tetapi pada saat pulang putranya sudah mengeluh panas dan ternyata panasnya mendadak tinggi. Pada saat anak mulai panas ini biasanya sudah tidak mau bermain, minta gendong terus atau hanya rebahan di tempat tidur. Demam ini hanya berlangsung sekitar 5 hari. Biasanya demam turun pada hari ke III. Kadang-kadang dikenal istilah demam biphasik, yaitu demam yang berlangsung selama beberapa hari itu sempat turun ditengahnya menjadi normal kemudian naik lagi dan baru turun lagi saat penderita sembuh (gambaran kurva panas sebagai punggung unta).

Pada hari ke VI biasanya demam mulai turun. Sering kali dalam bentuk turun mendadak (lysis), dan disertai dengan berkeringat banyak, dimana anak tampak agak loyo dan lemahGejala panas pada penderita infeksi virus dengue maka akan segera disusul dengan timbulnya keluhan nyeri pada seluruh tubuh. Pada umumnya yang dikeluhkan adalah nyeri otot, nyeri sendi, nyeri punggung dan nyeri pada bola mata yang semakin meningkat apabila digerakkan. Karena adanya gejala nyeri ini sehingga di kalangan masyarakat awam ada istilah flu tulang. Dengan sembuhnya penderita gejala-gejala nyeri pada seluruh tubuh ini juga akan hilang.

Ruam yang terjadi pada infeksi virus dengue ini dapat timbul pada saat awal panas yang berupa "flushing" yaitu berupa kemerahan pada daerah muka, leher, dan dada. Ruam juga dapat timbul pada hari ke IV sakit berupa bercak-bercak merah kecil seperti bercak pada penyakit campak. Kadang-kadang ruam tersebut hanya timbul pada daerah tangan atau kaki saja sehingga memberi bentuk spesifik seperti kaos tangan dan kaki. Yang terakhir ini biasanya timbul setelah panas turun atau setelah hari ke V.

Pada infeksi virus dengue apalagi pada bentuk klinis demam berdarah dengue selalu disertai dengan tanda perdarahan. Hanya saja tanda perdarahan ini tidak selalu didapat secara spontan oleh penderita, bahkan pada sebagian besar penderita tanda perdarahan ini muncul setelah dilakukan test tourniquet. Bentuk-bentuk perdarahan spontan yang dapat terjadi pada penderita demam dengue dapat berupa perdarahan kecil-kecil di kulit (petechiae), perdarahan agak besar di kulit (echimosis), perdarahan gusi, perdarahan hidung dan kadang-kadang dapat terjadi perdarahan yang masif yang dapat berakhir dengan kematian. Berkaitan dengan tanda perdarahan ini, pada anak-anak tertentu diketahui oleh orang tuanya bahwa apabila anaknya menderita panas selalu disertai dengan perdarahan hidung (epistaksis). Dalam istilah medis dikenal sebagai habitual epistaksis, sebagai akibat kelainan yang bersifat sementara dari gangguan berbagai infeksi (tidak hanya oleh virus dengue). Pada keadaan lain ada penderita anak yang apabila mengalami sakit panas kemudian minum obat-obat panas tertentu akan disusul dengan terjadinya perdarahan hidung atau perdarahan labung (muntah darah). Untuk penderita dengan kondisi seperti ini pemberian obat-obat panas jenis tertentu seperti golongan acetosal dan sejenisnya sebaiknya dihindari.

DEMAM BERDARAH DENGUE

Secara umum 4 gejala yang terjadi pada demam dengue sebagai manifestasi gejala klinis dari bentuk reaksi 1 dan 2 tubuh manusia atas keberadaan virus dengue juga didapatkan pada demam berdarah dengue. Yang membedakan demam berdarah dengue dengan demam dengue adalah adanya manifestasi gejala klinis sebagai akibat adanya bentuk reaksi 3 tubuh manusia terhadap virus dengue, yaitu berupa keluarnya plasma (cairan) darah dari dalam pembuluh darah keluar dan masuk kedalam rongga perut dan rongga selaput paru. Fenomena ini apabila tidak segera ditanggulangi dapat mempengaruhi manifestasi gejala perdarahan menjadi sangat masif. Yang dalam praktek kedokteran sering kali membuat seorang dokter terpaksa memberikan tranfusi darah dalam jumlah yang tidak terbayangkan.

Bagi masyarakat awam yang paling penting adalah dapat mengetahui atau mendeteksi kapan seorang penderita demam berdarah dengue mulai mengalami keluarnya plasma (cairan) darah dari dalam pembuluh darah. Keluarnya plasma darah ini apabila ada biasanya terjadi pada hari sakit ke III sampai dengan ke VI. Biasanya didahului oleh penurunan panas badan penderita, yang sering kali terjadi secara memdadak (lysis) dan diikuti oleh keadaan anak yang tampak loyo, dan pada perabaan akan didapatkan ujung-ujung tangan/kaki dingin serta nadi yang kecil dan cepat. Banyak kasus ditemui kondisi demikian tampak suhu tubuh penderita dirasakan normal mengira kalau putranya sembuh dari sakit. Kondisi tersebut mengakibatkan orang tua tidak segera membawa putranya ke fasilitas kesehatan terdekat. Pada keadaan ini penderita sudah dalam keadaan terlambat sehingga kurang optimal untuk diselamatkan dari penyakitnya.

MANIFESTASI KLINIS YANG HARUS DIWASPADAI

Seringkali terjadi anak dikatakan tidak mengalami DBD ketika panas hari I dan ke II. Fase ini sebenarnya masih masuk periode yang aman, sehingga gejala klinis dan laboratorium tidak ditemukan kelainan. Fase kritis atau periode berbahaya biasanya terjadi pada hari ke III hingga ke V. Periode inilah yang harus diwaspadai, dan harus segera dilakukan pemeriksaan oleh dokter. Beberapa gejala yang diwaspadai seorang anak penderita DBD bila panas yang timbulnya mendadak, langsung tinggi dan disertai dengan anak tampak lemas, loyo dan tidak mau bermain. Panas yang disertai flushing atau kemerahan pada muka, leher dan dada. Gejala lain yang sering timbul di akhir periode penyakit adalah panas yang disertai tanda-tanda perdarahan kulit, hidung dan gusi. Tanda bahaya lainnya bila panas yang berangsur dingin, tapi anak tampak loyo, lemah dan pada perabaan dirasakan ujung-ujung tangan atau kaki dingin.

Pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis DBD adalah pemeriksaan laboratorium. Gambaran khas hasil laboratorium DBD adalah terjadi peningkatan peningkatan hematokrit (meningkat 20%, sekitar >40% atau nilai Hematokrit lebih 3 kali nilai Hemoglobin) disertai penurunan trombosit kurang dari 100.000/uL. Perubahan tersebut biasanya terjadi pada hari ke III hingga ke V panas. Sehingga sering dokter menolak memeriksa darah pada hari pertama atau kedua panas, karena biasanya hasilnya masih dalam keadaan normal. Dalam perjalanannya trombosit akan terus menurun pada hari ke III, ke IV dan hari Ke V. Pada hari ke VI dan selanjutnya jumlah trombosit akan meningkat terus kembali ke nilai normal. Peningkatan jumlah trombosit setelah hari ke VI inilah mungkin yang sering dianggap karena pengaruh pemberian jambu biji. Biasanya setelah hari ke VI jumlah trombosit di atas 50.000, bila panas badan sudah turun dan tidak disertai komplikasi penderita diperbolehkan pulang.

Pemeriksaan lain yang sering dilakukan adalah pemeriksaan Imunoglobulin G (Ig G) dan imunoglobulin M (IgM). Meskipun tidak secara spesifik, pemeriksaan ini sering membantu menunjang diagnosis DBD. IgG dan IgM antidengue inipun bisa terdeteksi setelah hari ke III panas.

Seperti infeksi virus lainnya, infeksi virus DBD kadangkala dijumpai juga peningkatan hasil Widal. Pemeriksaan Widal adalah identifikasi antibodi tubuh terhadap penyakit demam tiphoid (tifus). Kejadian seperti inilah yang menimbulkan kerancuan diagnosis DBD. Sehingga banyak penderita penyakit virus atau DBD sering awalnya didiagnosis dokter sebagai penyakit tifus. Penyakit demam tiphoid pada minggu awal panas biasanya malah tidak terdeteksi pemeriksaan Widal tersebut. Sebaiknya pemeriksaan Widal dilakukan menjelang akhir minggu pertama panas atau awal minggu ke dua panas.

Secara medis sebenarnya tidak ada pengobatan secara khusus pada penderita DBD. Penyakit ini adalah self limiting disease atau penyakit yang dapat sembuh sendiri. Prinsip pengobatan secara umum adalah pemberian cairan berupa elektrolit (khususnya Natrium) dan Glukosa. Sehingga pemberian minum yang mengandung elektrolit dan glukosa seperti air buah atau minuman lain yang manis dapat membantu mengatasi kekurangan cairan pada penderita DBD.

Dr Widodo Judarwanto SpA
Rumah Sakit Bunda
Jl teuku Cikditiro 28 jakarta Pusat

Tuesday, August 16, 2005

Salah Antibiotik

http://www.tabloid-nakita.com/

SALAH ANTIBIOTIK MEMBUAT BAYI SERING SAKIT
Masalahnya, antibiotik bisa menimbulkan resistensi kuman dan mengurangi
imunitas.

"Dok, saya bingung, bayi saya ini, kok, sering sekali bolak-balik berobat
karena penyakit yang sama, flu dan flu dan flu," kata seorang ayah di ruang
praktik dokter spesialis anak, yang segera dilanjutkan oleh istrinya, "Iya,
Dok. Padahal bayi saya ini sudah diperlakukan sesuai dengan apa yang dokter
sarankan, diberi ASI eksklusif, saya makannya sudah 4 sehat 5 sempurna yang
dimasak matang, kebersihan kamar dan rumah oke, begitu juga dengan
ventilasi udara dan cahaya, sudah sesuai standar kesehatan internasional,
deh."

Sebelum si dokter sempat menjawab, si ibu kembali berkata, "Oh, ya, Dok, di
rumah saya tidak ada perokok, pendingin udara di kamar dipatok pada suhu 25
derajat celcius, setiap pagi AC dimatikan dan membuka jendela lebar-lebar.
Juga tak hanya antibiotik, semua obat yang diberikan dokter selalu
dihabiskan seperti apa kata dokter."

Sambil menulis resep, si dokter menanggapi, "Bu-Pak, kita semua ini manusia
yang masih sedikit sekali ilmunya. Jadi pertahankan apa yang telah
disebutkan Bapak dan Ibu tadi. Sekarang kita coba dulu dengan obat yang
ini, mudah-mudahan berhasil."

"Basi!" Mungkin pernyataan ini yang akan keluar dari mulut si bapak dan ibu
tadi. Mungkin juga kita akan mengucapkan hal yang sama, jika hal itu-itu
saja yang dikemukakan dokter setiap kali kita mempertanyakan kenapa si
kecil harus sakit saban minggu.

GARA-GARA ANTIBIOTIK

Menurut Prof. Iwan Darmansjah, MD, SpFK., bayi seharusnya ditakuti oleh
penyakit alias jarang sakit. Mengapa? "Karena bayi masih dibentengi
imunitas tinggi yang dibawanya dari dalam kandungan, juga diperoleh dari
air susu ibunya. Jadi, penyakit sehari-hari seperti flu ­yang ditandai
panas, batuk, pilek-, penyakit virus lain, atau bahkan infeksi kuman,
seharusnya dapat ditolak bayi dengan baik," papar senior konsultan Pusat
Uji Klinik Obat Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (PUKO FKUI) ini.

Karenanya, jika bayi hampir saban minggu atau sebulan bisa dua kali bahkan
lebih berobat ke dokter, lanjut Iwan, "Tentu akan timbul pertanyaan besar.
Apakah ada yang salah dari lingkungan, apakah ada yang salah pada tubuh si
bayi, ataukah dokter yang salah mendiagnosa."

Iwan berpendapat, jika bayi berobat ke dokter karena flu hanya sesekali
dalam kurun waktu 6-12 bulan, masih terbilang wajar. Tetapi kalau sudah
setiap 2-3 minggu sekali harus pergi berobat ke dokter, maka tak bisa
dikatakan wajar lagi. "Kondisi ini bisa terjadi ­jika tak ada faktor
penyulit serta sudah menghindari faktor pencetusnya-, kemungkinan besar
karena si bayi selalu mengonsumsi antibiotik yang diresepkan dokter setiap
dia sakit," ungkapnya.

Padahal, tidak semua penyakit yang dialami bayi, apalagi flu, harus diobati
dengan antibiotik. Sekalipun antibiotiknya itu dalam dosis, takaran, atau
ukuran yang sudah disesuaikan dengan usia, berat dan tinggi badan si bayi.

FATAL AKIBATNYA

Penting diketahui, antibiotik baru ampuh dan berkhasiat jika berhadapan
dengan bakteri atau kuman. Antibiotik tak akan mampu membunuh virus juga
parasit. "Nah, kejadian demam karena flu itu, kan, sekitar 90%, bahkan 95%
disebabkan oleh virus. Jadi, salah kaprah sekali jika bayi flu harus minum
antibiotik karena tak akan menyelesaikan masalah, apalagi menyembuhkan
penyakit si bayi," bilang Iwan.

Kesalahkaprahan pemberian antibiotik ini akan ditebus mahal oleh bayi,
yakni menurunkan imunitas tubuh si bayi. Makanya tak heran jika bayi yang
setiap sakit demam selalu minum antibiotik, tidak akan lebih dari satu
bulan pasti sakit kembali.

Lebih jauh lagi, antibiotik tak memperlihatkan efektivitasnya langsung
terhadap tubuh manusia seperti obat lain, tetapi melalui kemampuannya untuk
membunuh atau menghambat pertumbuhan kuman. Nah, kalau tidak ada kuman
jahat untuk dibunuh ia justru membunuh kuman yang baik, dan ini merupakan
efek sampingnya. Selain itu antibiotik bisa menimbulkan resistensi kuman
dan mengurangi imunitas anak terhadap virus dan kuman.

Meski resistensi kuman merupakan fenomena yang logis alamiah, tapi menurut
Iwan, pemakaian antibiotik yang berlebihan dan tidak rasional bisa
mempercepat resistensi kuman pada tubuh pasien.

Reaksi lain yang bisa dilihat karena pemberian antibiotik adalah timbul
demam, reaksi alergi, syok, hingga yang terparah yaitu kematian, karena si
bayi tak tahan terhadap antibiotik yang dikonsumsinya. "Jangankan bayi,
orang dewasa saja bisa meninggal jika dia tidak tahan antibiotik yang
diminumnya," tambah Iwan.

PENGGUNAANNYA HARUS TEPAT

Lain ceritanya, lanjut Iwan, jika bayi terkena penyakit yang disebabkan
kuman atau bakteri. Sekalipun tidak wajib, bayi boleh saja menjalani terapi
antibiotik untuk kesembuhannya. "Tentu harus dengan antibiotik yang sesuai
untuk penyakit yang dideritanya." Jadi, antibiotik yang diberikan harus
tepat dengan jenis mikroorganisme penyebab penyakit. Kalau tidak, maka
penyakit tak akan sembuh.

Sebagai contoh, seperti dipaparkan Iwan, untuk mengobati bisul bisa
digunakan Dicloxacillin, Flucloxacillin atau Eritromisin, Spiramisin,
Roxithromisin, dan sejenisnya. Untuk mengobati radang paru-paru dapat
digunakan antibiotik Penicillin G (injection) dan seturunan Eritromisin di
atas. "Tetapi bayi dan anak tak boleh mengonsumsi antibiotik Moxifloxacin
untuk mengobati radang paru-parunya, kecuali orang dewasa." Sedangkan untuk
mengobati tifus bisa menggunakan Kloramfenicol atau Ciprofloxacin. Khusus
untuk bayi dan anak, jika tak tahan Kloramfenicol, maka dapat diberikan
Ciprofloxacin.

Selain itu, pemberian antibiotik juga harus tepat dosisnya, tak boleh lebih
ataupun kurang. Untuk ukuran dosis, tiap bayi berbeda-beda, tergantung
seberapa parah penyakitnya, riwayat kesehatannya, hingga berat dan panjang
badan si bayi. Terakhir, harus tepat pula kapan antibiotik itu diminumkan
pada si bayi, berapa jam sekali, biasanya sebelum makan, dan boleh dicampur
obat lain atau tidak. Yang perlu diperhatikan, penggunaan antibiotik tak
melulu dengan cara diminum (per oral), tetapi ada pula yang lewat jalur
injeksi.

Karena itu, jangan sekali-kali memberi antibiotik sendiri tanpa
sepengetahuan dan resep dari dokter. "Ingat itu berbahaya dan percuma,
karena hanya dokter yang tahu antibiotik A adalah untuk mengobati kuman
yang peka terhadap A," tandas Iwan.

Hal penting lainnya, antibiotik harus dikonsumsi hingga habis supaya
mikroorganisme yang menjadi sasaran antibiotik dapat dimusnahkan secara
tuntas. Bila tak dihabiskan, kemungkinannya mikroorganisme tersebut akan
menjadi kebal terhadap pemberian antibiotik sehingga penyakit tidak sembuh
tuntas.

MENGGANGGU FUNGSI GINJAL

Penggunaan antibiotik yang tak perlu, ujar Dr. rer. nat. Budiawan dari
Pusat Kajian Risiko dan Keselamatan Lingkungan (PUSKA RKL) Universitas
Indonesia, bisa menyebabkan timbulnya kekebalan mikroorganisme terhadap
antibiotik yang diberikan tersebut. Sehingga, jika timbul penyakit akibat
mikroorganisme yang sudah kebal tersebut, pemberian antibiotik biasa tak
akan mampu menyembuhkan penyakit tersebut sehingga harus dicari antibiotik
yang lebih ampuh.

Selain itu, mengonsumsi antibiotik yang tidak tepat bisa membunuh bakteri
yang justru diperlukan tubuh, dan bisa terjadi gangguan sistem biokimia
dalam tubuh. Efek lainya, bisa mengganggu sistem ekskresi tubuh, "Dalam hal
ini gangguan terhadap fungsi ginjal, mengingat bahan aktif utama senyawa
antibiotik tertentu bersifat nefrotoksik atau racun bagi fungsi sistem
ginjal."

KENAPA DOKTER "MENGOBRAL" ANTIBIOTIK?

Sekalipun dampaknya sudah jelas merugikan pasien, namun tetap saja masih
banyak dokter meresepkan antibiotik padahal jelas-jelas penyakit yang
diderita si bayi bukan lantaran kuman. Menurut Iwan, hal ini dikarenakan
perasaan tidak secure seorang dokter dalam mengobati pasiennya.

Walau begitu, Iwan tetap tak setuju. "Kalau boleh terus terang, hingga
sekarang saya juga bingung dan tak bisa mengerti, kenapa banyak sekali
dokter yang berbuat sebodoh itu, pada anak-anak lagi," katanya sambil
menggeleng-gelengkan kepala.

Bohong besar, tambah Iwan, jika dokter mengatakan kepada pasienya, penyakit
flu atau pilek yang dideritanya akan bertambah parah jika tak diobati
dengan antibiotik. Karena itu, sebagai pasien atau orang tua pasien harus
berani dengan tegas menolak, "No antibiotik, jika penyakit yang kita derita
bukan karena bakteri." Penolakan seperti ini adalah hak pasien, lo.

APA, SIH, SEBENARNYA ANTIBIOTIK ITU?
Antibiotik dibuat sebagai obat derivat yang berasal dari makhluk hidup atau
mikroorganisme, yang dapat mencegah pertumbuhan atau membunuh
mikroorganisme lain. "Antibiotik diperoleh dari hasil isolasi senyawa kimia
tertentu yang berasal dari mikroorganisme seperti jamur, actinomycetes,
bakteri. Hasil isolasi tersebut dikembangkan secara sintetik kimia dalam
skala industri," kata Budi.

Akan tetapi, tidak semua makhluk hidup dapat dijadikan antibiotik, karena
antibiotik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Harus efektif pada konsentrasi rendah.

2. Harus dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh satu atau lebih jenis
mikroorganisme.

3. Tidak boleh memiliki efek samping bersifat toksik yang signifikan.

4. Harus efektif melawan patogen.

5. Harus dapat disimpan dalam jangka waktu lama tanpa kehilangan
aktivitasnya.

6. Harus dapat dieliminasi dari tubuh secara sempurna setelah pemberian
dihentikan.

7. Harus bersifat sangat stabil agar dapat diisolasi dan diproses dalam
dosis yang sesuai, sehingga segera dapat diserap tubuh.

Gazali Solahuddin. Foto; Iman/nakita

Thursday, August 11, 2005

Deteksi dini terlambat bicara

Selasa, 14 Sep 2004 11:47:05 WIB

Pentingnya Deteksi Dini Keterlambatan Bicara Pada Bayi
dan Anak
Oleh : dr. I G. Ayu Partiwi Surjadi, SpA, MARS

Seringkali orangtua baru datang menanyakan pada
professional yang menangani masalah perkembangan pada
saat anaknya belum bicara saat berusia 18 bulan atau 2
tahun. Sementara 3 tahun pertama otak merupakan organ
yang sangat pesat pertumbuhan dan perkembangannya.
Periode perkembangan pesat ini dimanfaatkan untuk
melakukan terapi, seandainya anak mengalami gangguan
pertumbuhan dan perkembangan. Karena itu deteksi dini
merupakan hal yang sangat penting agar intervensi atau
penatalaksanaan stimulasi dapat segera dilakukan.

Dua belas bulan pertama yang penting

Bicara merupakan suatu tahap perkembangan yang
sebenarnya telah dimulai sejak masa bayi. Tahap bicara
ini justru mesti diperhatikan sedini mungkin, Karena
pada tahap ini dapat dijadikan parameter ada atau tidak
gangguan perkembangan pada seorang anak. Tahap-tahap
perkembangan lain seperti motor kasar-halus,
sosialisasi/interaksi tentu saja mempunyai peranan
penting dalam menentukan optimal atau tidaknya
perkembangan anak.

Penelitian yang dilakukan di Klinik Perkembangan Anak RS
Bunda Jakarta pada tahun 2003 terhadap sekitar 60 orang
anak, menunjukkan belum bicara merupakan keluhan
sebagian orang tua, yang pada akhirnya didiagnosis
sebagai Gangguan Perkembangan Multisistem (Multisystem
Development Disordes/MSDD) , salah satu bentuk kelainan
perkembangan yang bermanifestasi sebagai gangguan relasi
dan komunikasi yang tampaknya meningkat ditemukan
akhir-akhir ini. Dari 60 kasus tersebut hanya sebagian
sebagian kecil saja yang datang pada usia kurang dari 1
tahun. Kegagalan dalam relasi dan komunikasi pada
periode usia 0-3 tahun ini tidak dipandang sebagai suatu
defisit yang permanent tetapi dianggap suatu kondisi
yang masih sangat berubah dan berkembang.

Memang hal ini tidak mudah, namun kalau orangtua atau
ibu jeli, dia segera akan tahu ada sesuatu pada anaknya.
Apalagi, bila seseorang ibu sudah mempunyai pengalaman
merawat seorang anak. Ke 60 anak yang datang ke Klinik
Perkembangan Anak RS Bunda Jakarta dengan terlambatnya
bicara pada tahun 2003 tersebut, bila ditelusuri ke
belakang ternyata sejak bayi mereka memang telalu diam
atau tidak mengoceh sesering bayi-bayi lain yang normal.
Jadi 12 bulan pertama kehidupan seseorang anak adalah
masa yang sangat penting untuk mendeteksi pertumbuhan
dan perkembangannya.

Otak dan Perkembangan Bicara

Otak terdiri dari otak besar, otak kecil dan batang
otak. Otak besar terdiri dari 2 belahan yaitu belahan
otak kiri dan otak kanan. Fungsi otak kiri adalah
terutama berperan dalam perkembangan bahasa dan bicara
karena mengatur kemampuan berbicara, pengucapan kata dan
kalimat, pengertian pembicaraan orang, mengulang kata
dan kalimat di samping kemampuan berhitung, membaca dan
menulis. Fungsi otak kanan adalah berperan dalam bahasa
non verbal seperti penekanan dan irama kata, fungsi
pengenalan situasi dan kondisi, pengendalian emosi,
kesenian dan kreativitas, dan pola berpikir secara
holistik. Kedua belahan otak berhubungan melalui suatu
jalinan serabut saraf dan kerjasama terjadinya melalui
suatu bagian yang disebut korpus kalosum, walau untuk
suatu aktifitas tertentu salah satu bagian otak yang
akan berpengaruh.

Dalam perkembangannya kedua belahan otak akan mengalami
spesialisasi atau "laterisasi". Pada 2 tahun pertama
belahan otak kanan lebih berkembang selanjutnya baru
otak kiri. Karena itu pada periode ini sering kali
seorang memakai tangan kirinya sebagai reaksi untuk
melambaikan tangan , memberi atau meminta. Seringkali
orangtua pada periode ini mengarahkan anak untuk memakai
tangan kanan untuk melakukan berbagai aktifitas
(sehubungan dengan budaya timur dimana tangan kanan
dihubungkan dengan kesopanan misalnya dalam hal memberi,
meminta atau melambaikan tangan). Hal ini mungkin akan
menimbulkan masalah pada anak yang memang nantinya akan
"kidal". Anak yang punya kecenderungan "kidal", belahan
otak yang mengatur bicara dan bahasa mungkin terletak di
belahan otak sebelah kanan. Mengarahkan anak "kidal"
untuk memakai tangan kanannya dapat mengganggu
perkembangan bahasa dan bicara anak. Pemantapan otak
yang tejadi pada usia 6-7 tahun, sehingga otak kiri
selanjutnya dikenal sebagai otak yang dominan yang dalam
keadaan sehari-hari tercermin dari kecenderungan anak
memakai tangan kanannya.

Bahasa yang dipergunakan

Bahasa mengandung symbol untuk bertukar informasi.
Kemampuan berbahasa lebih pada kemampuan yang dapat
dinilai/dilihat. Perkembangan bahasa dan bicara biasanya
digambarkan sebagai berikut :

Bahasa reseptif yang sudah ada pada masa preverbal
adalah masa mulai tangisan pertama sampai keluar kata
pertama anak. Bayi memproduksi bahasa prelinguistik yang
biasanya sesuai dengan pengasuhnya. Bahasa yang semula
dikeluarkan adalah cooing atau suara seperti "vokal"
tertentu (seperti "au" atau "u"). Tahap prelinguistik
ini biasanya terdengar pada saat bayi berusia 4-6
minggu.
Bahasa ekspresif atau masa verbal adalah kemampuan
seorang anak untuk bicara dengan mengeluarkan kata-kata
yang berarti (biasanya terjad pada usia 12-18 bulan),
kata "mama" atau "papa".

Selain kedua jenis bahasa tersebut dikenal pula "bahasa
visual". Tahap bahasa yang berhubungan dengan emosi ini,
muncul dalam beberapa minggu setelah kelahiran bayi.
Bahasa visual yang dapat dilihat pada seorang bayi atau
anak antara lain :
Senyum sosial yang terjadi pada saat bayi berusia
4-6 minggu
Bayi usia 2-3 bulan akan mulai memperhatikan orang
dewasa yang sedang bicara dan ketika orang dewasa
tersebut berhenti bicara, bayi akan mengeluarkan
suara lagi. Interaksi seperti ini merupakan dasar
adanya interaksi pada seorang anak, yang merupkaan
awal dari tahapan bicara.
Pada usia 4-5 bulan harus terlhat mencari sumber
suara
Pada usia 6-7 bulan bayi akan menikmati permainan
seperti "ciluk ba"
Usia 9 bulan bayi mulai menggunakan tangannya
untuk melakukan kegiatan sederhana seperti
"melambaikan tangan" sebagai ekspresi interaksi
sosial
Pada usia 9-12 bulan bayi memperlihatkan
keinginannya pada suatu obvek dengan meraih , atau
menangis bila tidak mendapatkannya
Pada usia 10-12 bulan bayi mulai menggunakan
jarinya untuk menunjuk sesuatu yang menarik sambil
berbagi pada orang lain.
Instinct orang tua "jitu"

Telah disebutkan tadi bahwa bicara atau komunikasi itu
sebenarnya dimulai sejak masa bayi. Bayi normal menangis
dan membuat aktifitas gerak dan orang tua belajar
bereaksi terhadap tangisan dan gerakan bayi sehingga
terjadi interaksi. Melalui pengalaman interaksi bayi
belajar bahwa dengan menangis sikap orang tua akan
berpengaruh. Interaksi juga terjadi pada saat bayi
mengeluarkna suara dibalas oleh orangtuanya.
Aktivitas-kativitas tersebut berpengaruh dalam
perkembangan bicara dan bahasa bayi (lihat tabel
perkembangan bicara pada bayi dan anak).

Dengan mengerti tahap-tahap bicara pada bayi/anak
diharapkan penemuan kasus gangguan bicara dapat segera
ditemukan. Tidak seperti yang saat ini terjadi, yaitu
bila orang tua mempertanyakan mengapa anaknya belum
bicara itu sebenarnya bahasa yang dimaksud adalah bahasa
ekspresif. Padahal sebelumnya anak melalui tahap bahasa
represif dan bahasa visual. Bahasa visual atau disebut
juga "bahasa tubuh" merupakan bahasa bayi atau anak.
Bahasa ini seperti telah dikemukakan sebelumnya tampak
sebagai perubahan ekspresi muka atau sikap, yang
mencerminkan apakah seorang bayi atau anak dalam keadaan
gembira, marah, tidak mau diganggu atau keadaan yang
berhubungan dengan emosi lainnya. Bahasa visual ini
kurang berkembang pada anak-anak yang termasuk golongan
spectrum autisme. Bahasa visual ini merupakan salah satu
tahapan bicara pada seorang bayi/anak yang dapat dipakai
untuk mendeteksi apakah seorang anak terlambat bicara
sebelum bahasa ekspresifnya timbul.

Ada sekitar 9 tanda yang dipakai bayi untuk
mengekspresikan perasaan bayi sebelum bayi bisa bicara
yaitu :
Tertarik akan sesuatu,tampak bayi memperhatikan
dengan melihat dan mendengar sesuatu (biasanya
alis matanya akan sedikit tertarik ke bawah atau
ke atas)
Menikmati, bayi tersenyum sambil membuka bibir
Surprise, wajah disertai alis terangkat, mata
lebih lebar dengan mulut membentuk huruf "o"
Distrese, bayi tampak menangis, alis berkerut,
dengan sudut mulut ke bawah
Marah, muka bayi tampak lebih merah, mata mengecil
Takut, kulit bayi tampak lebih pucat, dingin,
bergetar atau bulu berdiri
Malu, diperlihatkan dengan bulumata yang lebih
tertarik ke bawah, tonus otot di wajah dan leher
berkurang yang menyebabkan kepala bayi tertarik ke
bawah
Jijik, diperlihatkan dengan mulut dan lidah
berkerut
Tak suka bau tertentu,mulut dan hidung bayi
terangkat dengan kepala sedikit manjauh
Ekspresi bayi diatas biasanya dengan mudah diketahui
orangtua. Beberapa orangtua memiliki instinct cukup
tajam sangat membantu penemuan kasus dengan gangguan
perkembangan. Orangtua sebaiknya tidak mengabaikan
"instinct"nya bila merasa ada sesuatu pada anaknya maka
orangtua harus waspada dan segera membawa anaknya ke
dokter. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwea
ketajaman instinct orangtua tersebut, sehingga dokter
biasanya tidak mengabaikannya. Mungkin kecurigaan
orangtua tidak bisa dipastikan kebenarannya dalam satu
kali pertemuan. Itu sebabnya, dokter mungkin akan
meminta mereka untuk datang kembali 1 atau 3 bulan lagi.
Ada beberapa tahap bicara yang sebaiknya diperhatikan
orangtua, dijabarkan sebagai berikut :





Usia
Kemampuan
0-1 bulan
Respons bayi saat mendengar suara dengan
melebarkan mata atau perubahan irama
pernafasan atau kecepatan menghisap susu
2-3 bulan
Respons bayi dengan memperhatikan dan
mendengar orang yang sedang bicara
4 bulan
Menoleh atau mencari suara orang yang
namanya dipanggil
6-9 bulan
Babbling, mengerti bila namanya disebut
9 bulan
Mengerti arti kata "jangan"
10-12 bulan
Imitasi suara, mengucapkan mama/papa dari
tidak berarti sampai berarti kadang meniru
2-3 kata Mengerti perintah sederhana seperti
"Ayo berikan pada saya"
13-15 bulan
Perbendaharaan 4-7 kata, 20% bicara mulai
dimengerti orang lain
16-18 bulan
Perbendaharan 10 kata, beberapa ekolalia
(meniru kata yang diucapkan orang lain), 25%
dapat dimengerti orang lain
22-24 bulan
Perbendaharan 50 kata, kalimat 2 kata, 75%
dapat dimengerti orang lain
2-2,5 tahun
Perbendaharan > 400 kata, termasuk nama,
kalimat 2-3 kata, mengerti 2 perintah
sederhana sekaligus
3-4 tahun
Kalimat dengan 3-6 kata ; bertanya,
bercerita, berhubungan dengan pengalaman,
hamper semua dimengerti orang lain
4-5 tahun
Kalimat degan 6-8 kata, menyebut 4 warna,
menghitung sampai 10

Untuk memudahkan orangtua ada beberapa tahap bicara yang
dapat dijadikan parameter. Seperti telah dijelaskan
bahwa semakin dini diketahui adanya gangguan
perkembangan, semakin cepat dapat dilakukan intervensi
berupa stimulasi. Orangtua harus mulai waspada bila :
Pada usia 6 bulan, bayi tidak melirik atau menoleh
pada sumber suara yang datang dari belakang atau
sampingnya
Pada usia 10 bulan, bayi tidak merespons bila
dipanggil namanya
Pada usia 15 bulan, anak tidak mengerti atau
merespons terhadap kata "tidak" atau "jangan"
Pada usia 21 bulan, anak tidak merespons terhadap
perintah : duduk. Kesini, atau berdiri
Pada usia 24 bulan, anak tidak dapat menunjuk dan
menyebutkan bagian tubuh seperti mulut, hidung,
mata atau kuping.

Thursday, August 04, 2005

Resep 9-12 Bulan

Sup ayam/daging + sayuran
Bahan:
- 1 cangkir kaldu ayam/daging
- 1/2 ayam (bagian dada)/kira2 1 ons daging
- 1/2 batang wortel
- 10 biji kacang polong (bisa beli frozen) bisa juga diganti dengan 3 batang buncis
- 1/2 batang daun bawang bagian putihnya saja
- 1 batang daun seledri
- 1/4 siung bawang putih
- 1/4 bawang bombay yang kecil aja
- 1/2 buah tomat cincang (klo alergi tunggu sampai 10 bulan)
- unsalted butter/olive oil

Cara :
- blender/cincang daging/ayam kemudian rebus bersama air kaldu dan bawang putih yang sudah dicincang halus.
Setelah daging/ayam 1/2 matang masukkan wortel disusul kacang polong atau buncis.
Tunggu sampai sayuran hampir matang, masukkan daun bawang dan seledri dan tomat, masak sampai matang.
Tumis bawang bombay cincang dengan unsalted butter atau olive oil sampai setengah matang, campurkan ke sup.
Sajikan (untuk sayuran yang diblender bisa dikukus dulu baru blender kemudian tuangi dengan kuah sup dan daging waktu akan disajikan).

Sup oyong ayam telur dan soun

- 1/2 buah oyong - cincang (blender for younger babies)
- 1/2 bagian dada ayam tanpa lemak dan kulit - cincang (blender for younger babies)
- 1 cangkir kaldu ayam
- 1 butir kuning telur
- soun secukupnya - patah patahkan kemudian rendam dengan air dingin
- 1/4 bawang bombay cincang
- olive oil or unsalted butter untuk menumis

Cara:
tumis bawang bomby dengan olive oil sampai 1/2 matang, masukkan ayam cincang aduk rata sampai 1/2 matang tambahkan air kaldu - didihkan.
Masukkan oyong - didihkan sampai lunak, masukkan telur kuning yang sudah dikocok ke dalam sup sambil aduk rata, masukkan soun, didihkan sekali sampai matang, matikan api. Sajikan.

Sup jagung kuning telur tahu dan sayuran

Bahan:
- 2 potong tahu sutera
- 1 butir kuning telur
- 1 cangkir air kaldu ayam
- jagung manis 1/2 batang, serut halus (or blender for younger babies)
- 1/2 batang wortel
- 1/2 batang daun bawang - cincang halus
- 1/4 siung bawang putih - cincang halus
- 1/2 buah tomat (kalau alergi tunggu sampai 10 bulan)
- sedikit keju parut

Cara:
rebus sayuran bersama air kaldu dan bawang putih sampai 1/2 matang, masukkan potongan tahu sutra, didihkan sampai matang kemudian kocok kuning telur dan tuang ke sup perlahan dan diaduk rata - didihkan sampai matang, masukkan daun bawang dan tomat masak sampai layu, matikan api taburkan keju parut aduk rata. Sajikan.

Sup ikan tahu sutra

Bahan :
- 1/2 lembar fillet ikan kakap/gurame/marlen/salmon
- tahu sutra 2 potong
- satu ujung ruas jahe - cincang
- 1 lembar daun salam
- sedikit air jeruk nipis
- 1/2 siung bawang putih - cincang
- 1 cangkir air

Cara:
cuci bersih ikan, lumuri dengan air jeruk nipis dan jahe, diamkan sesaat kira-kira 10 menit kemudian potong-potong kecil (or blender for younger babies).
Masak dengan 1 cangkir air dan bawang putih cincang dan daun salam, setelah matang masukkan tahu sutra yang sudah dipotong kecil, didihkan sekali lagi - angkat. Sajikan hangat.

Nasi Tim Saring Ikan Kakap

Bahan :
20gr beras,
625cc air,
25 gr ikan kakap,
30gr tahu,
25gr tomat dipotong kecil
25gr daun kangkung iris kasar
1 sdt mentega (aku pake mentega unsulted merek anchor)

Cara :
Rebus beras, air, ikan, dan tahu sampai menjadi bubur, masukkan kangkung dan tomat hingga matang. masukkan mentega sambil diaduk.
Setelah dingin haluskan dengan blender atau saringan kawat.

Nasi Tim Saring Brokoli

Bahan :
20gr beras,
625cc air,
25gr daging giling,
25 gr brokoli buang tangkainya,
25gr tomat dipotong kecil
1 butir kuning telur ayam kampung
10gr keju parut

Cara :
Rebus beras, air, dan daging giling sampai menjadi bubur, masukkan brokoli dan, tomat hingga matang. masukkan kuning telur dan keju parut sambil diaduk.
Setelah dingin haluskan dengan blender atau saringan kawat. Mohon maaf jika udah pernah dapat.... dan semoga bisa membantu

Nasi Tim Saring dengan Telur

Bahan :
20gr beras,
625cc air,
25gr tempe,
25 gr daun kangkung,
25gr tomat dipotong kecil
1 kuning telur ayam kampung
1 sdt mentega (aku pake mentega unsulted merek anchor)

Cara :
Rebus beras, air, dan tempe sampai menjadi bubur, masukkan kangkung dan tomat hingga matang. masukkan kuning telur dan mentega sambil diaduk.
Setelah dingin haluskan dengan blender atau saringan kawat.

Nasi Tim Saring dengan Teri

Bahan :
20gr beras,
625cc air,
25gr tempe,
25 gr daun bayam,
25gr tomat dipotong kecil
1 sdm teri bubuk
1 sdt mentega (aku pake mentega unsulted merek anchor)

Cara :
Rebus beras, air, dan tempe sampai menjadi bubur, masukkan bayam, tomat dan teri bubuk hingga matang. masukkan mentega sambil diaduk.
Setelah dingin haluskan dengan blender atau saringan kawat.

catatan : cuci teri medan dalam jumlah sekehendak lalu sangrai sampai kering dan berwarna kecoklatan. Tumbuk halus teri sangrai dan simpan dalam tupple ware untuk dipakai selanjutnya.

Nasi Tim Saring dengan Daging

Bahan :
20gr beras,
625cc air,
25 gr daging giling,
50gr tahu,
50 gr oyong,
25gr tomat dipotong kecil
1 sdt mentega (aku pake mentega unsulted merek anchor)

Cara :
Rebus beras, air, daging giling dan tahu sampai menjadi bubur, masukkan oyong dan tomat hingga matang. masukkan mentega sambil diaduk.
Setelah dingin haluskan dengan blender atau saringan kawat.

Nasi Tim Saring Hati Sapi

Bahan :
20gr beras,
625cc air,
25 gr hati sapi,
25gr tempe,
50gr labu kuning,
25gr tomat dipotong kecil
1 sdt mentega (aku pake mentega unsulted merek anchor)

Cara :
Rebus beras, air, hati sapi dan tempe sampai menjadi bubur, masukkan labu kuning dan tomat hingga matang. masukkan mentega sambil diaduk.
Setelah dingin haluskan dengan blender atau saringan kawat.

Nasi Tim Saring Ayam Isi Keju

Bahan :
20gr beras,
625cc air,
25 gr daging ayam,
25gr tempe,
25 gr buncis,
25gr tomat dipotong kecil
10 gr keju parut (aku pake keju baby bell)

Cara :
Rebus beras, air, daging ayamdan tempe sampai menjadi bubur, masukkan buncis dan tomat hingga matang. masukkan keju parut sambil diaduk.
Setelah dingin haluskan dengan blender atau saringan kawat.

Nasi Tim Saring Ayam dengan Wortel

Bahan :
20gr beras,
625cc air,
25 gr daging ayam giling,
25gr tempe,
25 gr wortel,
25gr tomat dipotong kecil
1 sdt mentega (aku pake mentega unsulted merek anchor)

Cara :
Rebus beras, air, daging ayam giling dan tempe sampai menjadi bubur, masukkan wortel dan tomat hingga matang. masukkan mentega sambil diaduk.
Setelah dingin haluskan dengan blender atau saringan kawat.

Nasi Tim Saring Ikan Tenggiri

Bahan :
20gr beras,
625cc air,
25 gr ikan tenggiri,
30gr tempe,
50 gr labu siam,
50gr tomat dipotong kecil
1 sdt mentega (aku pake mentega unsulted merek anchor)

Cara :
Rebus beras, air, ikan, dan tempe sampai menjadi bubur, masukkan labu siam dan tomat hingga matang.
masukkan mentega sambil diaduk.
Setelah dingin haluskan dengan blender atau saringan kawat.

Catatan : untuk tim saring ikan ini dengan bahan dan cara yag sama dapat diganti dengan ikan tuna dan ikan salmon untuk variasi.

Nasi Tim Saring Hati Ayam

Bahan :
20gr beras,
625cc air,
25 gr hati ayam,
25gr tempe,
25gr tomat dipotong kecil
25gr daun bayam iris kasar
1 sdt mentega (aku pake mentega unsulted merek anchor)

Cara :
Rebus beras, air, hati ayam, dan tempe sampai menjadi bubur, masukkan bayam dan tomat hingga matang. masukkan mentega sambil diaduk.
Setelah dingin haluskan dengan blender atau saringan kawat.

Anak HiperAktiv

Mengenal Anak Hiperaktiv (Gangguan Hiperkinetik)

Ibu Ratna datang ke Klinik Perkembangan Anak dengan keluhan bahwa anaknya yang berusia 5 tahun selalu mengganggu teman, tidak bisa diam dan seolah-olah tidak memperhatikan pelajaran di kelas. Oleh guru dinyatakan tidak dapat mengikuti kegiatan belajar di dalam kelas. Anak tersebut bukan anak nakal dan juga bukan anak yang malas atau bodoh, namun anak tersebut mengalami gangguan dalam perkembangannya yaitu gangguan hiperkinetik yang secara luas di masyarakat disebut sebagai anak hiperaktiv.

Apa Itu Anak Hiperaktiv?
Anak hiperaktiv adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain dysfunction syndrome.

Apa Itu Gangguan Hiperkinetik atau GPPH/ADHD ?
Gangguan hiperkinetik adalah gangguan pada anak yang timbul pada masa perkembangan dini (sebelum berusia 7 tahun) dengan ciri utama tidak mampu memusatkan perhatian, hiperaktiv dan impulsif. Ciri perilaku ini mewarnai berbagai situasi dan dapat berlanjut hingga dewasa.

Apakah Ada Ciri-ciri Lain Yang Menyertai Gangguan Hiperkinetik (GPPH/ADHD) ?
Ciri-ciri lain yang sering menyertai gangguan hiperkinetik adalah :

  • Kemampuan akademik tidak optimal
  • Kecerobohan dalam hubungan sosial
  • Kesembronoan dalam menghadapi situasi yang berbahaya
  • Sikap melanggar tata tertib secara impulsif

Bilamana Anak Disebut Menderita Gangguan Hiperkinetik (GPPH/ADHD)?

  • Mengalami kesulitan berkonsentrasi dalam belajar, mendengarkan guru dan permainan.
  • Hiperaktivitas, selalu bergerak dan tidak bisa tenang
  • Impulsivitas, melakukan sesuatu tanpa dipikir terlebih dahulu


Berbagai Tipe Hiperkinetik atau GPPH/ADHD :
  • Tipe sulit konsentrasi
  • Tipe hiperaktiv - impulsiv
  • Tipe kombinasi


Apa Akibatnya Bila Anak Menderita Gangguan Hiperkinetik (GPPH/ADHD)?

  • Anak tidak dapat mengikuti kegiatan belajar dengan baik
  • Anak sering tidak patuh terhadap perintah orang tua
  • Anak sulit didisiplinkan


Apabila Gangguan Hiperkinetik (ADHD) Tidak Diobati maka akan :
Menimbulkan hambatan penyesuaian perilaku sosial dan kemampuan akademik di lingkungan rumah dan sekolah, sehingga dapat mengakibatkan perkembangan anak tidak optimal dengan timbulnya gangguan perilaku di kemudian hari.

Kondisi Lain yang Menyertai Gangguan Hiperkinetik :

  • Gangguan tingkah laku
  • Gangguan sikap menentang
  • Depresi
  • Gangguan cemas
  • Kesulitan belajar
  • Retardasi mental
  • Gangguan pemusatan perhatian (disorder of attention)
  • Gangguan pengendalian motorik (disorder of motor control)
  • Gangguan persepsi (disorder of perception /DAMP)
  • Autisme

Sumber: http://id.novartis.com/kenal_hiper.shtml